Economic Outlook 2017

Nada-nada penuh optimistis berdenting di Kafe BCA, sebuah forum berbagi insight dan pemahaman akan pelaksanaan service excellence BCA serta perkembangan dan ekspansi bisnis perbankan ke jasa lain di masa yang akan datang. Mengambil tema “Economic Outlook 2017”, Sekretaris Perusahaan BCA Jan Hendra menyatakan optimismenya atas kiprah perbankan dalam pertumbuhan ekonomi tahun depan dengan memberikan added value bagi masyarakat.

“Peran penting perbankan di masa mendatang akan makin luas bersamaan dengan gencarnya literasi dan iklusi keuangan yang mendorong masyarakat untuk memperoleh layanan perbankan,” ujarnya saat memberi sambutan. Dia optimistis target pertumbuhan ekonomi yang telah disetujui dalam Rapat Kerja Pengambilan Keputusan Asumsi Makro RAPBN 2017 sebesar 5,1% akan tercapai.

Di luar itu, Jan mengakui perlambatan ekonomi dunia masih menjadi tantangan yang membayangi perekonomian nasional tahun depan. Namun menurutnya, ada beberapa sektor di dalam negeri yang diprediksi bakal tetap tumbuh. Terutama sektor-sektor yang bertumpu pada belanja rumah tangga, manufaktur, infrastruktur, pariwisata dan industri kreatif serta perdagangan berbasis ekonomi. "Kami siap memperkuat fundamental ekonomi dalam negeri melalui peran perbankan," tegasnya.

Senada dengan itu, Anggawira yang mewakili pelaku usaha dari HIPMI memaparkan beberapa potensi bisnis maritim yang bisa menjadi peluang. Masing-masing adalah bisnis perikanan, pariwisata bahari, industri biofarmasetika, energi terbarukan dan transportasi maritim. Dari lima sektor itu, industri biofarmasetika memiliki nilai paling besar yaitu US$ 330 milyar/tahun. Bisnis perikanan nilainya mencapai US$ 47 milyar/tahun. Di luar itu sektor transportasi laut dan pariwisata maritim saat ini belum tergarap secara optimal.
Terkait dengan ketergantungan ekonomi nasional yang bergantung pada sektor domestik (yaitu daya beli masyarakat), Direktur Group Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Doddy Ariefianto berpendapat kebijakan proteksionis Amerika Serikat tidak akan terlalu berdampak terhadap ekonomi dalam negeri. Pasalnya, nilai ekspor impor Indonesia ke negara itu hanya berkisar 10%. Apalagi saat ini fundamental ekonomi nasional dinilai solid dengan inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan yang sebesar 1,8 persen pada kuartal III 2016. "Kami cukup percaya diri dengan fundamental ekonomi Indonesia yang baik untuk melewati ketidakpastian global ini," tuturnya.

Doddy yakin dana hasil amensti pajak bakal menjadi pendorong utama pertumbuhan dana pihak ketiga tahun depan. Masuknya dana repatriasi diprediksi membuat pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan mencapai 9%. Tanpa memperhitungkan angka amnesty pajak ini, LPS memperkirakan proyeksi pertumbuhan dana bisa mencapai 7%. Bila dana repatriasi dan tebusan ini telah masuk ke sistem perbankan, ia memperkirakan bisa menambah pertumbuhan sebesar sebesar 2%. Menurutnya, sistem ekonomi Indonesia saat ini masih amat bergantung pada peran perbankan. Sebab sumber dana lain seperti pasar modal porsinya masih kecil. (Nurur R. Bintari)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)