Edukasi tentang Obesitas, Novo Nordisk Gelar Diskusi Kesehatan

Data Kementerian Kesehatan Indonesia menunjukkan, 1 dari 3 orang dewasa Indonesia mengalami obesitas, dan 1 dari 5 anak usia 5-12 tahun mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Meskipun belum menjadi prioritas dibandingkan dengan penyakit lain, obesitas telah menimbulkan dampak kesehatan yang serius dan risiko finansial.

Hal inilah yang mendorong Novo Nordisk Indonesia, perusahaan perawatan kesehatan global yang didirikan pada tahun 1923, menggelar program edukasi berupa diskusi kesehatan secara virtual pada awal Maret ini (3/3). Pada diskusi kesehatan kali ini, sejumlah pembicara dihadikan, seperti Direktur P2PTM dr. Cut Putri Arianie, MH.Kes; Ketua Umum PERKENI Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD; Ketua Umum PDGKI DR. dr. Nurpudji Taslim, Sp.GK (K), MPH; Fahad Jameel, Medical Director Novo Nordisk Indonesia; dan dr. Lula Kamal, M.Sc sebagai moderator.

Diungkapkan dr. Fahad Jameel, Medical Director Novo Nordisk Indonesia, obesitas merupakan penyakit kronis serius yang harus menjadi prioritas utama kesehatan masyarakat, mengingat hubungannya dengan banyak penyakit serius lainnya dan beban sosial ekonomi yang besar.

“Sebagai perusahaan kesehatan global terkemuka, Novo Nordisk berkomitmen untuk menjadikan obesitas sebuah prioritas kesehatan. Changing Obesity™ adalah komitmen jangka panjang kami bersama dengan berbagai rekan kami, untuk meningkatkan kehidupan para penderita obesitas dengan mengubah bagaimana sektor kesehatan di dunia melihat, mencegah, dan menangani obesitas,” ucap dr. Fahad.

Ditambahkan dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes., Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan RI, obesitas di Indonesia melonjak dengan mengkhawatirkan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 juga menunjukkan bahwa tren masalah berat badan pada orang dewasa Indonesia telah mengalami peningkatan hampir dua kali lipat, dari 19,1% pada 2007 hingga 35,4% pada 2018. “Kita harus benar-benar menekan tren peningkatan obesitas ini,“ tandasnya.

Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD menuturkan, “Obesitas harus dipahami sebagai penyakit kronis yang kompleks, progresif, dan dapat kambuh (muncul kembali). Menganggap bahwa obesitas adalah akibat kesalahan individu karena terlalu banyak asupan dan kurang berolahraga adalah kekeliruan yang umum terjadi. Pada kenyataannya, obesitas adalah berat badan berlebih yang diakibatkan oleh berbagai faktor genetik, psikologis, sosiokultural, ekonomi, dan lingkungan. Fakta penting lainnya, begitu seseorang mengalami keadaan obesitas, keadaan ini akan menjadi masalah yang panjang, bahkan seumur hidup, dan kembalinya pertambahan berat badan umum terjadi."

Dia menekankan bahwa penyakit-penyakit kronis biasanya berhubungan. Obesitas telah dikaitkan dengan hampir 200 penyakit, beberapa di antaranya dapat mengancam jiwa, seperti diabetes, penyakit kardiovaskular, kanker. Data pada tahun 2016 di Indonesia menunjukkan bahwa lebih dari 5 juta orang penyandang diabetes dan 11 juta orang dengan hipertensi juga mengalami kondisi kelebihan berat badan atau obesitas.

Terkait dengan dampak ekonomi yang mengkhawatirkan akibat obesitas, dr. Cut Putri menyampaikan, “Obesitas mengurangi masa produktif sebanyak 6-10 tahun. Obesitas juga menyita 8-16% anggaran biaya kesehatan nasional. Pada 2016, dampak total (langsung dan tidak langsung) dari obesitas diperkirakan sebesar 2-4 miliar dolar AS,” yakinnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)