MIX.co.id – Perekonomian Indonesia masih masih akan ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Meski begitu, tingkat konsumsi rumahtangga mengalami penurunan akibat pembatasan mobilitas masyarakat terkait kebijakan lockdown oleh pemerintah karena pandemi Covid-19.
Hal itu diungkapkan Ekonom Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, dalam acara “Media Day: July by Mirae Asset Sekuritas” yang diselenggarakan secara virtual pada Selasa (12/7).
“Tingkat konsumsi rumah tangga mengalami penurunan, sekitar 3 persen dari kondisi normal yang mencapai 5 persen,” katanya.
Langkah positif yang dilakukan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19, menurut Rully, diharapkan dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga.
Masalah inflasi serta tekanan supply terhadap barang komoditas menjadi persoalan yang mesti segera ditangani pemerintah. Sejumlah barang komoditas yang harganya melonjak, seperti cabai, memicu inflasi. Oleh karena itu, kata Rully, pemerintah memastikan kelancaran pasokan (supply) atau ketersediaan barang kebutuhan pokok
Sementara itu, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi perekonomian nasional dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bertahan di tengah ancaman inflasi yang melambung serta rezim pengetatan moneter yang mengarah pada tren penaikan suku bunga global.
Hariyanto Wijaya, Head of Research Mirae Asset Sekuritas, mengatakan perekonomian nasional dan pasar saham masih akan bertahan di tengah kenaikan inflasi dan penaikan suku bunga oleh bank sentral negara-negara di dunia.
“Karena itu juga, Tim Riset Mirae Asset Sekuritas memasukkan saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) ke stock picks saham Juli dengan prediksi IHSG pada akhir tahun pada 7.400,” paparnya.
Dijelaskan, 7.400 adalah skenario dasar IHSG (base scenario), di mana skenario optimistis (bullish scenario) untuk IHSG hingga akhir tahun adalah 7.800 dan skenario pesimistis (bear scenario) adalah 6.100.
Menurut dia, ekonomi Indonesia akan mampu bertahan di tengah guncangan ekonomi global karena fundamental Indonesia masih sangat baik sehingga IHSG tidak akan banyak terbebani oleh koreksi pasar saham AS yang sedang dalam tren koreksi (bearish).
Selain ICBP dan UNVR, dalam stock pick Hariyanto dan Tim Riset Mirae Asset Sekuritas terdapat PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT United Tractor Tbk (UNTR), PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR), dan PT Indofood Sukses Makmur (INDF).
Ditambahkan Rully, suku bunga bank-bank sentral di dunia akan terpacu oleh aksi bank sentral AS yaitu The Federal Reserve (The Fed) yang sudah menaikkan suku bunga acuannya yaitu Fed Fund Rate (FFR) sebanyak tiga kali. Sepanjang tahun, The Fed sudah menaikkan FFR sebanyak 150 basis poin (bps).
“Tahun ini, kami memprediksi suku bunga FFR akan dinaikkan hingga 3,4%, sejalan dengan prediksi pelaku pasar global. Selain itu, tahun depan kami prediksi akan ada resesi di AS sebagai dampak dari pengetatan moneternya tahun ini. Di Indonesia, perekonomiannya masih masih akan ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi,” ungkapnya.
Juan Harahap, Research Analyst Mirae Asset Sekuritas, menilai dengan tren laju inflasi yang bertambah cepat serta usaha bank sentral untuk meredamnya dengan menekan suku bunga sudah berdampak pada nilai tukar rupiah.
Tekanan rupiah tersebut, tuturnya, tentunya akan menguntungkan bagi perusahaan berorientasi ekspor, terutama eksportir batu bara. “Faktor rupiah tersebut juga akan ditambah faktor positif dari kenaikan harga batu bara yang kembali menguat dan akan bertahan di atas kisaran US$ 300/ton, dengan faktor utama dari larangan impor batu bara Rusia oleh negara-negara Eropa,” tandasnya. ()