Ekspansi dan Inovasi dalam Perjalanan Merek Prodia

Berawal dari laboratorium sederhana di Jalan Pasar Nongko 83, Solo, pada 45 tahun silam, Prodia kini telah menjelma menjadi jaringan laboratorium klinik kesehatan terbesar di Indonesia dengan 136 cabang dan 282 outlet layanan yang tersebar di 118 kota di Indonesia. Tak heran, jika perusahaan yang didirikan oleh Andi Wijaya, Gunawan Prawiro, Hamdono Widjojo, dan Singgih Hidayat dengan modal Rp 180 ribu itu mampu mencatatkan laba bersih ratusan miliar tiap tahunnya.

Sukses Prodia tak lepas dari strategi pengelolaan merek yang tepat. Sejak awal berdiri, Prodia senantiasa mengedepankan layanan sepenuh hati dengan hasil yang terbaik kepada seluruh pelanggannya. Komitmen itu pula yang diimplementasikan manajemen Prodia kepada empat segmen pelanggannya, yakni segmen pelanggan individu, rujukan dokter, referensi pihak ketiga, serta klien korporasi. “Dengan keempat segmen tersebut, kami merancang strategi pengembangan bisnis dan mempertahankan pasar secara kustom sesuai kebutuhan dari masing-masing segmen,” jelas Dewi Muliaty, Presiden Direktur PT Prodia Widyahusada Tbk.

Dua tahun setelah didirikan, tepatnya 1975, Prodia sudah berhasil mengembangkan layanannya ke Jakarta dan Bandung. Dan, strategi ekspansi yang dibarengi dengan inovasi layanan maupun fasilitas laboratorium menjadi salah satu strategi kunci dari keberhasilan Prodia. Oleh karena itu, mengusung positioning “Next Generation Healthcare Provider”, Prodia terus mengembangkan inovasi layanan pemeriksaan yang tidak lagi mengarah pada kuratif (penanganan ketika telah mengalami penyakit tertentu). Akan tetapi, lebih mengarah pada preventif (pencegahan risiko penyakit). Hal itu diwujudkan Prodia dengan dihadirkannya berbagai pemeriksaan berbasis genetic yang dikembangkan Prodia dalam Prodia Genomics Testing.

Tahun 1990, pionir laboratorium klinik kesehatan di Indonesia itu merintis kerja sama internasional dengan National University. Selanjutnya, 1998, Prodia membuka unit bisnis baru, Innodia, yang bergerak di bidang pemasaran dan distribusi alat kesehatan berkualitas baik dari dalam maupun luar negeri. Kemudian, 1999, Prodia mampu menjadi laboratorium klinik pertama di Indonesia dengan memperoleh sertifikasi ISO 9002. Langkah itu menjadi penting, karena selain untuk memperkuat kualitas layanan, langkah itu juga untuk memperkuat kredibilitas Prodia sebagai pionir sekaligus pemimpin di industri laboratorium klinik kesehatan di Indonesia.

Awal Desember 2018, Prodia memutuskan untuk mencatatkan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham PRDA. Prodia melantai di bursa setelah melalui proses penawaran umum pada 30 November-2 Desember 2016. Jumlah saham yang dilepas sebesar 187,5 juta saham atau setara 20% dari total saham perusahaan. Hasilnya, melalui IPO, Prodia berhasil memperoleh dana sebesar Rp 1,15 triliun untuk pengembangan bisnisnya ke depan.

Usai IPO, tahun 2017, Prodia kembali mengekspansi layanan Prodia Health Care (PHC) dengan konsep Wellness Clinic di berbagai kota, seperti di Jakarta, Makassar, Malang, Pekanbaru, Solo, dan Medan. Selain itu, Prodia juga mulai mengarap tiga segmen baru, yakni segmen anak melalui Prodia Children Health Centre (PCHC) di Jakarta, segmen perempuan melalui Prodia Woman’s Health Centre (PWHC), dan segmen pelanggan senior atau geriatri melalui Prodia Senior Health Centre (PSHC) di Jakarta.

Dijelaskan Dewi, saat ini, menghadapi era digital, strategi branding yang lancarkan Prodia tentu saja mengarah ke media digital dengan menggunakan konten-konten interaktif. Melalui strategi digital tersebut, Prodia berupaya untuk hadir lebih dekat dengan pelanggan. Antara lain, dengan menyajikan informasi yang dapat diakses dengan mudah lewat media digital maupun media sosial.

“Saat ini, kami tengah melakukan kampanye terkait Prodia Genomics, yang merupakan inovasi produk pemeriksaan yang telah Prodia kembangkan beberapa tahun lalu. Prodia Genomics perlu dikampanyekan, karena kami menilai bahwa perkembangan dunia kesehatan sudah saatnya mengarah ke tahap preventive dan personalized medicine,” katanya beralasan.

Selain itu, ia menambahkan, Prodia juga massif menggelar aktivasi merek yang menyasar segmen muda berusia 25-35 tahun, alias millennilas. Objektif dari aktivasi merek ini adalah untuk memperkenalkan Prodia kepada para generasi muda serta mengajak mereka untuk peduli kesehatan dengan memberikan edukasi pentingnya melakukan check up sejak dini.

“Prodia juga melakukan kampanye #letscheckup di social media Prodia untuk mem-viralkan pentingnya check up kepada seluruh masyarakat,” ujar Dewi yang menyebutkan bahwa kini Prodia telah memiliki layanan berbasis online, e-Prodia, guna melakukan pendaftaran check up, pembayaran, serta melihat hasil pemeriksaan secara online.

Pages: 1 2 3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)