Erick Tohir: BUMN Tidak Akan Kurangi Capex 2020 * Belanja Iklan Akan Terus Digelontorkan

Menteri BUMN Erick Tohir berkomitmen untuk tidak mengurangi biaya modal (capitalexpenditure/capex) meskipun kondisi perekonomian sedang menghadapi berbagai kendala akibat kejadian global seperti perang dagang Amerika versus China dan wabah virus Corona. Baginya, yang terpenting adalah kesadaran bangkit dan tidak cuma mengeluh.

Selain tidak mengurangi capex, Melalui Kementrian BUMN, Erick mengeluarkan empat rencana aksi lainnya guna menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Keempat lainnya tersebut adalah, tetap menjalankan proyek-proyek strategis BUMN, terus melakukan konsolidasi dan menguatkan sektor-sektor usaha vital BUMN, mendukung BUMN-BUMN yang berencana go public, dan terakhir, bertekad akan terus menggelontorkan belanja iklan. “Intinya, the show must go on. Meskipun pertumbuhan ekonomi akan terkoreksi yang tadinya 5% lebih, menjadi 4% lebih, itu masih bagus kalau dibandingkan dengan negara-negara lain," kata Erick. Apalagi, jika omnibus law berjalan sesuai dengan rencana; omnibus law mendorong investasi dan membuka lapangan kerja; optimisme itu layak dimiliki, ujarnya.

Berbicara pada Indonesia 2020 Business Outlook yang diselenggarakan oleh Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) dan PRSSNI pada Rabu malam (4/3) di Jakarta, Menteri Erick Tohir menyampaikan pesan tentang pentingnya optimisme dalam menghadapi berbagai kejadian global yang berdampak kepada perlambatan ekonomi, dari perang dagang Amerika vs China hingga virus corona. Optimisme harus tetap dijaga. Pemerintah bersama dengan swasta harus siap memanfaatkan peluang-peluang yang ada untuk membangun ekosistem yang sehat dan berkelanjutan agar kondisi yang tak menguntungkan saat ini dapat diminimalisasi, termasuk wabah Covid-19 yang membawa dampak bukan hanya sebagai sebuah penyakit, tapi juga dampak ekonomi yang luar biasa.

Erick meyakinkan, situasi yang dihadapi Indonesia sekarang bukan yang pertama kali. Dia menuturkan, Indonesia pernah mengalami kondisi yang luar bisa sebelumnya. Sebutlah, krisis 1998 di mana ekonomi Indonesia 'jebol', krisis 2006-2008 yang menyebabkan rupiah melambung, dan lainnya. “Terbukti ekonomi Indonesia bisa pulih. Kita bisa balik,” ungkapnya sambil menambahkan catatan, asal semua pihak mau bergotong royong membangun ekonomi.

Komisaris Bank Mandiri, Chatib Basri, mempertegas optimisme Pemerintah melalui data ditangannya. Menurutnya, wabah virus corona sejauh ini masih hanya berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi bisa terkoreksi 0,1% hingga 0,3%. “Pertumbuhan ekonomi kita bisa turun di bawah 5% menjadi 4,7%-4,9%," ujar Chatib di gedung Tribrata, Jakarta.

Dari pengamatan Chatib dari peristiwa-peristiwa sebelumnya, seperti saat terjadi SARS yang mewabah pada 2002 lalu di Cina, penurunan pertumbuhan ekonomi tak terjadi berlarut-larut. Apalagi pemerintah saat ini sudah berancang-ancang melakukan langkah mitigasi untuk mengantisipasi dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi. Diantaranya, dari sektor pariwisata, Pemerintah mendorong pelaku usaha untuk memberikan diskon penginapan dan tiket pesawat guna mendulang tingkat kunjungan turis domestik. Chatib menyarankan agar pemerintah menggairahkan pariwisata MICE dan mengadakan pameran wisata. "Ini seperti yang terjadi saat bom Bali dulu sehingga (industri pariwisata) dibantu (kunjungan) dari dalam atau domestik," ujarnya.

Belajar dari peristiwa yang lalu, Chatib justru mengingat peristiwa banjir besar 2013 di Thailand yang menyebabkan terganggunya pabrikan Toyota yang berpusat di sana. Akibat banjir bandang tersebut, penjualan Toyota di kawasan Asia terganggu karena supply barang terhenti. Sejak saat itu, Toyota memutuskan untuk diversifikasi jaringan produksi agar tidak ada ketergantungan di satu tempat saja. “Nah, kali ini kita pun bisa bersiap-siap, siapa tahu pabrikan-pabrikan di China kemudian memutuskan diversifikasi basis produksi,” kata Chatib Basri optimistis Indonesia bakal tetap menjadi pilihan investasi. “Investment in Indonesia is dangerous because it can be addictive,” kelakar Chatib.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)