Gandeng Finalis The NextDev, Telkomsel Kembangkan Solusi e-Agricultue

Sejalan dengan tema 'Memajukan Negeri' yang diusung di ulang tahun ke-22, Telkomsel meluncurkan serangkaian program Corporate Social Responsibility (CSR) yang akan dilakukan tahun ini, antara lain The NextDev, IndonesiaNEXT, #internetBAIK, Telkomsel Digital Campus, dan yang terbaru adalah PETANI (Peduli Tani Anak Negeri).

Telkomsel

Dikatakan Ririek Adriansyah, peluncuran program CSR yang menitikberatkan pada pemanfaatan teknologi digital secara positif ini mempertegas komitmen Telkomsel untuk memajukan Indonesia dan membangun ekosistem digital di Tanah Air.

“Ini merupakan upaya Telkomsel dalam membangun ekosistem digital di Indonesia. Untuk itu, setelah sukses menggelar program The NextDev sejak tahun 2015, tahun ini kami juga kembali akan mengundang anak muda Indonesia untuk berkompetisi dalam program tersebut,” tuturnya.

Sebagai bentuk komitmen dalam memajukan ekosistem digital di Tanah Air, Telkomsel menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan dua startup muda lokal: Habibi Garden dan Eragano, yang merupakan pemenang dan finalis program The NextDev 2016. Keduanya digandeng untuk mengembangkan PETANI, sebuah program e-agriculture yang bertujuan untuk memberdayakan komunitas petani di Indonesia dari hulu ke hilir melalui pemanfaatan teknologi, khususnya seluler dan Internet of Things (IoT).

Solusi PETANI akan menggabungkan kekuatan jaringan Telkomsel yang stabil di berbagai lokasi pertanian atau perkebunan, dengan kemampuan Habibi Garden yang dapat memonitor kondisi tanaman secara real-time. Sementara Eragano dalam mengembangkan solusi dari hulu ke hilir untuk petani rumah tangga dengan menghadirkan ahli pertanian dan pendampingan dengan memanfaatkan platform digital. Solusi ini pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan produktivitas petani, mengurangi biaya, dan meminimalisir kemungkinan gagal tanam.

Untuk tahap pilot project, PETANI akan diterapkan di Lampung Selatan untuk komoditas cabai dan di Garut, Jawa Barat untuk komoditas kentang dengan luas areal lahan yang digarap mencapai sembilan hektare. Proyek ini melibatkan lebih dari dua kelompok petani dengan menerapkan sistem otomasi pada mekanisme pengairan, pemupukan, dan intensitas cahaya, serta penggunaan sensor pembaca kondisi tanah sebanyak 560 unit.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)