MIX.co.id – Satu dari empat (26 persen) Lembaga Keuangan (LK) di Asia-Pasifik, saat ini menggunakan sistem manajemen fraud originasi/aplikasi yang dibuat sendiri.
Di Indonesia, tren penurunan membangun sendiri solusi internal bahkan lebih jelas terlihat, yakni hanya 15 persen LK di Indonesia yang memilih strategi membangun sendiri sistem manajemen fraud originasi generasi berikutnya.
Hal itu terungkap dalam riset IDC InfoBrief yang dirilis GBG (AIM:GBG), perusahaan teknologi global dalam bidang identitas digital.
Riset bertajuk “Next-Gen Financial Crime Management: APAC Finance, Banking, and Ecommerce” itu melibatkan lebih dari 800 responden di 8 pasar utama di Asia-Pasifik termasuk Singapura, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Thailand, Hong Kong, Australia, dan Filipina.
Menurut Dev Dhiman, Managing Director, APAC at GBG, LK perlu mempertimbangkan strategi investasi manajemen kejahatan keuangan mereka dengan lebih hati-hati.
“Perlu adanya pendekatan yang lebih berkelanjutan dalam hal sumber daya TI, skalabilitas yang cepat untuk menumbuhkan saluran dan model bisnis baru, mampu mengelola kompleksitas tipologi fraud saat ini dan yang akan datang, serta seimbang agar dapat memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik,” ujarnya dalam rilis yang diterima redaksi pada Senin (8/11), di Jakarta.
Di antara LK di Asia-Pasifik yang telah membangun sendiri solusinya, 85 persen melaporkan bahwa mereka akan mengganti sistem yang telah mereka bangun dalam waktu tiga tahun.
Di Indonesia, papar Dev, ada lebih banyak LK yang akan mengganti sistem internal mereka dalam jangka pendek, yakni 86 persen LK yang disurvei berencana untuk mengganti solusi yang telah mereka bangun dalam waktu tiga tahun, sedangkan satu dari tiga LK akan mengganti sistem yang mereka bangun setiap 12 bulan.
Sementara Michael Araneta, Associate Vice-President, IDC Financial Insights mengatakan, LK sekarang beroperasi di pasar konsumen yang terdigitalisasi dengan cepat, dan mereka menghadapi risiko-risiko baru dalam kejahatan keuangan dan fraud.
Ia menjelaskan, LK harus merespon dengan cara baru, agar dapat merespons dengan cepat dan efektif untuk mengurangi dampak yang merugikan bagi institusi maupun pelanggannya.
“Pilihan untuk membangun, membeli, atau menyewa solusi ini tergantung pada bank berdasarkan kebutuhan bisnis, tetapi upaya yang diambil harus lebih intens dari sebelumnya, agar dapat mengatasi kejahatan keuangan modern dengan lebih efektif,” kata Michael tandas. ()