MIX.co.id - ASEAN Public Relations Network (APRN) bersama dengan LSPR OMNI menggelar ASEAN SPOT seri ke-12 bertajuk “ASEAN SPOT: AI & The Future of PR In ASEAN”, pada Juni ini, di Prof. Dr. Djajusman Auditorium & Performance Hall, Kampus B, LSPR Jakarta.
Dituturkan Dr. (H.C.) Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR, APR, FIPR, selaku President of ASEAN PR Network dan Founder & CEO Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR, "Sekarang, kita berada di era ASEAN 2023. Saya menyaksikan 4 era transformasi Public Relations (PR). Pada saat saya menjadi Praktisi PR, kami masih menjalankan tugas perhumasan secara tradisional seperti membawakan press release dan foto ke kantor, yaitu PR 1.0. Kemudian semuanya berubah menjadi PR 2.0, lahirnya PR Online, dimana semua bisa dilakukan melalui digital atau online (website). Selanjutnya, menuju PR 3.0, era media social. Sekarang adalah waktunya PR 4.0, era AI dan Big Data. Artinya semua PR harus siap dengan semua data dan informasi secara akurat.”
Pada kesempatan yang sama, H.E. Kanasugi Kenji, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Jepang untuk Republik Indonesia, mengatakan, “AI secara umum dianggap positif di Jepang. Jepang memiliki atitude yang relatif tinggi mengenai AI, termasuk AI generatif. Saya yakin kemunculan AI generatif diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup Jepang dalam arti yang lebih luas.”
Membicarakan tentang hubungan antara Artificial Intelligence dan Public Relations, acara ASEAN SPOT dimulai dengan presentasi pertama dari sesi Debora Imanuella, Senior Vice President Community & Esports Global at UniPin. Di dalam presentasinya, ia menegaskan bahwa PR sangat penting dalam esports untuk mengelola reputasi, membangun awareness, membina hubungan sesama, menavigasi krisis, dan mendorong pertumbuhan industri. "Strategi PR efektif berkontribusi pada kesuksesan jangka panjang dan keberlanjutan organisasi esports, tim, pemain, dan industri secara keseluruhan," ucapnya.
Pembicara lainnya, Felicia Nugroho, Director Analytics & Insight Maverick Indonesia, mengatakan, “Ada beberapa hal mendasar yang perlu kita ketahui dalam penggunaan Al generatif, terutama untuk penelitian dan pengukuran PR. Kita tidak dapat bergantung pada Al generatif 100% dalam melakukan penelitian. Kita harus menggunakan data untuk keputusan strategis. Ini adalah sesuatu yang perlu diingat bahwa Al generatif hanya menyajikan sebagian, tidak semua, dari data yang diperlukan untuk mengukur dampak PR. Ada bagian lain dari PR, yang merupakan inti dari PR, yaitu hubungan antar manusia.”
Acara diakhiri dengan sesi presentasi dari pembicara ketiga ASEAN SPOT, Tuhu Nugraha, Executive Director Indonesia Blockchain and Metaverse Center. “Kita harus punya kreativitas, bukan berarti kita tidak mempunyai nilai dibandingkan AI. Karena sekali lagi, AI hanya akan menggantikan keterampilan kognitif, dan tetap tidak dapat menggantikan kita dalam hal emosi, imajinasi, kreativitas, pemecahan masalah, serta menemukan cara baru untuk melakukan dan menciptakan sesuatu. AI hanya dapat memproses dan mengolah data historis," ia meyakini.