Dikenal sebagai wilayah yang kaya akan hasil migas (minyak dan gas) dan batubara, membuat pemerintah Kalimantan Timur--termasuk Balikpapan--terlalu fokus pada sektor pertambangan. Tak heran, jika mayoritas roda ekonomi Balikpapan dikendalikan oleh migas maupun batubara. Bahayanya, jika sektor tersebut terpukul krisis, seperti yang terjadi beberapa tahun terakhir. Ujungnya, pendapatan daerah pun mengalami penurunan drastis.
"Fakta itulah yang membuat kami mulai berpikir untuk mencari pendapatan dari sektor lainnya, salah satunya pariwisata. Meski agak terlambat, karena kami baru mulai di tahun 2016 lalu, namun kami yakin sektor pariwisata dapat kami genjot untuk menjadi pos pendapatan baru bagi Balikpapak," ujar Walikota Balikpapan Rizal Effendi, di sela-sela peresmian Kampung Wisata Warna-Warni Teluk Seribu, hari ini (28/2), di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Untuk itu, sejumlah pembenahan sekaligus menghadirkan destinasi wisata baru dilakukan pemerintah kota Balikpapan. Paling anyar, pemerintah walikota Balikpapan menggandeng pihak swasta guna menghadirkan destinasi wisata baru, Kampung Wisata Warna-Warni Teluk Seribu. Kampung para nelayan yang berada di Teluk Seribu tersebut dicat warna-warni oleh dukungan mitra swasta, Avian Brands.
"Implementasi kreativitas seperti di kampung Warna Warni Teluk Seribu dapat memberikan dampak positif, baik untuk pertumbuhan ekonomi penduduk di sekitar maupun untuk perkembangan pariwisata di Balikpapan, antara lain peningkatan jumlah wisatawan ke Balikpapan," tutur Rizal, yang menyebutkan bahwa ke depannya pemerintah Balikpapan akan mengusung konsep sharing investasi dengan menggandeng sejumlah pihak swasta lewat bujet Corporate Social Responsibility (CSR) mereka guna membangun destinasi wisata di Balikpapan.
Ia pun berharap, akan ada sejumlah perusahaan swasta mengikuti jejak Avian Brands untuk menggunakan dana CSR mereka guna membangun destinasi wisata di Balikpapan. Sebab, kata Feonaldi, pemerintah Balikpapan memiliki anggaran terbatas untuk membangun destinasi wisata. "Hal itu karena APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) kami turun drastis, dari Rp 3,1 triliun di 2015, menjadi Rp 1,8 triliun di 2016," aku Rizal.
Ditambahkan Oemy Facessly, Kepala Dinas Pemuda, Olaharga, dan Pariwisata Balikpapan, kontribusi pajak dari sektor pariwisata terhadap total Pendapatan Asli Daerah (PAD) Balikpapan cukup signifikan. Dari total PAD Rp 555 miliar di tahun 2016 lalu, kontribusi dari pajak hotel, resto, hiburan, retribusi rekreasi dan olahraga mencapai Rp 114 miliar.
Sementara itu, terkait tingkat kunjungan wisatawan ke Balikpapan, ditambahkan Oemy, jumlah wisatawan domestik mencapai 2,3 juta di tahun lalu. Adapun jumlah wisatawan mancanegara, jumlahnya mencapai 27 ribu. "Dengan kehadiran destinasi wisata baru ini, kami berharap jumlah wisatawan domestik bisa mencapai 2,5 juta dan 30 ribu untuk wisatawan mancanegara di tahun 2017," patoknya.
Dua hari sebelum dibuka, diklaim Oemy, jumlah pengunjung Kampung Wisata Warna Warni Teluk Seribu sudah mencapai 500 orang. "Nantinya, mereka yang akan masuk ke destinasi baru ini dihadirkan sejumlah spot untuk berfoto di dinding mural tiga dimensi, yang merupakan hasil dari 16 pelukis lokal Balikpapan. Selanjutnya, mereka juga bisa menyusuri Teluk Seribu dengan kapal kecil guna menikmati hutan mangrove dan satwa langka Bekantan. Nantinya, mereka yang naik kapal dikenakan tarif Rp 500 ribu untuk 15-20 orang dalam kurun satu jam dan Rp 300 ribu untuk setengah jam," tegasnya.
Ke depannya, dikatakan Oemy, tak hanya fokus pada Kampung Wisata Warna Warni Teluk Seribu, namun sejumlah destinasi wisata lain--yang sebelumnya sudah ada--juga akan dikampanyekan sekaligus dikomunikasikan oleh pemerintah Balikpapan. Mulai dari Pantai Manggar, Penangkaran Buaya Teritip, Desa Wisata Teritip (yang menyajikan tanaman pepaya mini yang dipasok ke istana), pusat handy craft Kebun Sayur, hingga Mangrove Center.