Glokulization Jadi Tren K-Pop Culture di Indonesia

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia makin dilanda demam Korean Pop atau K-Pop. Hal itu ditandai dengan sejumlah fakta yang menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat nomor satu secara global dalam penayangan konten KPop YouTube. Selain itu, Indonesia juga berada di urutan kedua dalam streaming musik K-Pop di Spotify. Bahkan, Indonesia berada di urutan ketiga dalam jumlah tweet terkait K-Pop.

Fakta lainnya, baru-baru ini, banyak brand lokal yang memanfaatkan artis atau grup musik Korea sebagai brand ambassador. Mulai dari Mie Sedaap dengan Choi Siwon, Tokopedia dengan BTS, Lazada dengan Lee Min-ho, Blibli dengan Park Seo-joon, dan masih banyak lagi.

Diakui Marie Lee, Insights and Strategy Lead Culture Group, Culture Group telah melakukan studi “Culture Cast” bersifat kualitatif. Studi ini diambil dari tiga sumber utama, yakni stakeholders internal Culture Group, advisory board Culture Group, dan klien-klien Culture Group. Sebagian besar data tren berasal dari observasi Culture Group terkait berbagai klien di Asia Tenggara.

Hasilnya, tren utama K-Culture di Indonesia adalah Glokulization (Global / Lokal / Budaya), yang menciptakan dampak lokal dari pengaruh global dalam dunia fandom Gen-Z yang tanpa batas. “Contohnya, hip-hop adalah genre yang ditentukan oleh suara dan gaya visual, terlepas dari lokasi atau bahasanya, wajah K-Pop tidak lagi hanya menjadi orang Korea,” paparnya.

Tren lainnya di Indonesia adalah label dan manajer K-Pop akan mengadopsi pendekatan multi-saluran atau multi-platform untuk menceritakan, mengubah band, menjadi properti media di seluruh platform, baik audio, video pendek, hingga animasi. Hal ini dapat dipromosikan dan dimonetisasi dalam skala besar.

“Tahun 2021, akan menjadi tahun hiper-lokalisasi K-Pop di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kesuksesan bintang regional seperti Lisa (Thailand) dari Black Pink, Sandara (Filipina) dari 2NE1, dan Dita (Indonesia) dari Secret Number,” terangnya.

Tren hiper-lokalisasi K-Pop ini, diprediksi akan terus meningkat di tahun ini, dengan K-Pop sebagai genre yang melampaui geografi dan bahasa. Ekspor bakat akan membuka pengaruh global dan relevansi lokal K-pop serta memperluas fandom K-Pop di Indonesia.

“Indonesia juga akan menyaksikan kebangkitan pembuat K-lokal kreator, melalui penyanyi, penari, hingga artis, termasuk penerjemah, vlogger, dan lainnya. Sebab, para penyanyi Indonesia mencari konten dan pengalaman K-Pop yang unik untuk mereka,” terang Marie, yang menyebutkan bahwa para penggemar K-Pop di Indonesia adalah anak muda yang senantiasa terhubung dan sangat engage.

Tak heran, jika ia melihat pendekatan lokal K-drama akan terwujud di Indonesia, terutama dengan hadirnya platform konten asli lokal seperti Goplay dan Vidio, di mana penggunanya terus meningkat melalui streaming OTT. “Kami juga melihat adaptasi lokal dari Drama Korea sebagai peluang pertumbuhan berkelanjutan di Indonesia. Hal ini telah dibuktikan melalui adaptasi lokal dari acara Korea di platform OTT,” ujarnya.

Penelitian kualitatif Culture Group tentang K-Pop fans di Indonesia juga mengungkapkan bahwa ada permintaan yang tinggi untuk konten dan pengalaman lokal yang relevan. Hal itu telah mendorong banyak fans di Indonesia untuk membuat toko penjualan online dan ecommerce mereka sendiri, yang menjual merchandise K-Culture, produk K-Beauty, makanan ringan Korea, dan banyak lagi.

“Konten lokal seperti kompetisi bakat, saluran cover lagu, dan saluran terjemahan adalah cara para fans mengekspresikan kecintaan mereka pada budaya Korea, baik sebagai ekspresi dari fanship maupun sebagai layanan untuk komunitas yang berkembang dan terhubung,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)