Gramedia Pustaka Utama resmi merilis buku “ORIDA Oeang Republik Indonesia Daerah 1947-1949” pada hari ini (2/3), di Tangerang. Buku yang ditulis Suwito Harsono dan Michell Suharli itu menyajikan gambar, deskripsi, dan sejarah singkat tentang uang kertas atau alat tukar lain berbahan kertas yang berlaku di Republik Indonesia dalam kurun waktu 1947-1949.
Lebih dari 500 varian uang dan alat tukar kertas yang beredar di lebih dari 75 daerah di Republik Indonesia dimuat dalam buku tersebut. Buku ini tersaji dalam 451 halaman lebih dengan penuh warna. Sejumlah tokoh seperti Menteri Keuangan, mantan Gubernur Bank Indonesia, Rektor Unika Atma Jaya, Purnawirawan Letnan Jenderal Militer, tokoh Numismatis Belanda, dan Ketua Umum Masyarakat Numismatik Indonesia (MNI) turut memberikan testimoninya pada buku ini.
Dijelaskan Suwito, "Buku ORIDA merupakan buku pertama yang membahas khusus hanya Oeang Republik Indonesia Daerah dan buku numismatik pertama di Indonesia yang diterbitkan oleh penerbit umum Gramedia Pustaka Utama."
Di hadapan media, Suwito Harsono yang dikenal sebagai juri internasional dalam bidang filateli itu juga menceritakan tentang bagaimana proses penulisan buku ini hingga selesai. Dia juga menegaskan bahwa bidang Numismatika dapat mendukung perekonomian bangsa dan negara.
Buku ORIDA, menurut Suwito, mulai ditulis pada saat deklarasi pendirian MNI, yakni 2 Maret 2018. Penulisannya selesai bertepatan pada Hari Uang Nasional, yakni 30 Oktober 2019. Selanjutnya, mulai dijual untuk umum pada 2 Maret 2020.
"Numismatika adalah kegiatan atau studi mengumpulkan mata uang, termasuk koin, token, uang kertas, dan benda-benda terkait lain. Numismatika mempelajari, antara lain, sejarah mata uang itu sendiri, cara pembuatan, ciri-ciri, variasi, hingga sejarah politik terbentuknya mata uang tersebut," katanya.
Fakta yang menarik dijumpai dalam buku ini adalah banyak uang daerah disimpan oleh kolektor Belanda dan kondisinya pun masih relatif baik. Negara-negara seperti Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Jepang, China, Belanda, Jerman, Inggris, Australia, dan Amerika, baik pemerintah dan rakyatnya sangat menghargai uang kuno dengan menyimpannya sangat rapi dan berani membeli dengan harga tinggi.
Ditambahkan Michell, penulis Buku ORIDA yang sebelumnya sudah ditetapkan sebagai penulis best-seller, menjelaskan nilai historis ORIDA dalam perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari upaya kembalinya penjajah Belanda pasca proklamasi kemerdekaan. "Akibat agresi militer Belanda, produksi dan distribusi Oeang Republik Indonesia (ORI) terhenti dan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi mengizinkan daerah-daerah untuk menerbitkan dan mendistribusikan uang atau alat pembayaran lokal," ceritanya.
Dalam situasi darurat yang mengancam Kemerdekaan Republik Indonesia saat itu, penerbitan ORIDA mengandung makna tentang eksistensi dan kedaulatan Republik Indonesia. "Masyarakat internasional memahami bahwa sebuah negara merdeka memiliki mata uang tersendiri. Pengakuan kedaulatan dari negara lain muncul ketika mata uang sebuah negara memiliki nilai tukar (kurs) terhadap mata uang negara-negara lain," tutup Michell yang menyebutkan bahwa buku ORIDA sudah bisa didapatkan di toko buku Gramedia.