MIX.co.id – GudangAda terus mendorong pembangunan ekosistem B2B digital serta mendukung transformasi digital dan pertumbuhan bisnis rantai pasok, terutama bagi pebisnis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Hal itu disampaikan SVP Marketing & Corporate Affairs Gudang Ada, Yuanita Agata pada acara diskusi media eksklusif bertajuk "Transformasi Digital UMKM Indonesia: Menghadapi Tantangan dan Menggapai Peluang Bertumbuh dalam Ekosistem Digital B2B Inklusif” yang diadakan Senin (14/8), di Solo, Jawa Tengah dalam rangka perayaan Hari UMKM 2023.
“Pebisnis UMKM sudah saatnya untuk bangkit dan maju bersama dalam ekosistem digital yang inklusif,” ujar Yuanita.
Seperti diketahui, GudangAda adalah ekosistem layanan bisnis B2B yang menghubungkan prinsipal, distributor, pedagang grosir, dan pedagang eceran di seluruh Indonesia melalui ekosistem digital terintegrasi.
Sejak didirikan tahun 2019, GudangAda telah bermitra dengan lebih dari 1 juta pedagang tradisional dan 200 prinsipal dan layanan GudangAda telah tersedia di lebih dari 500 kota di Indonesia.
Dijelaskan, ekosistem digital B2B memiliki peran strategis dalam memperluas peluang pasar dan membangun kemitraan bisnis bagi segenap stakeholder bisnis rantai pasok, terutama pebisnis UMKM. Melalui aplikasi GudangAda, UMKM dapat masuk ke jejaring digital rantai pasok sehingga mempermudah UMKM saat membeli dan menjual barang secara grosir.
“Kami berkomitmen mempercepat transformasi digital UMKM lokal agar dapat tumbuh bersama melalui platform kami,” tegas Yuanita.
Sementara Ketua Komite Ekonomi Kreatif Surakarta Sutanto Sastraredja mengungkapkan, dalam rantai pasok pelaku bisnis ini masih banyak yang tidak terbuka dengan teknologi. “Hal ini merupakan masalah sosial yang terjadi saat ini, khususnya terkait penerimaan terhadap digitalisasi,” katanya.
Data di Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) tahun 2022 menyebutkan, hanya 20 persen UMKM Indonesia yang telah mengadopsi teknologi digital.
Survei yang sama mengungkapkan beberapa kendala yang dihadapi UMKM dalam mengadopsi teknologi digital adalah akses terbatas ke teknologi (40%); kurangnya pemahaman tentang manfaat digitalisasi (30%); dan keterbatasan sumber daya (30%).
Menyikapi hal tersebut, Respati Ardi selaku Ketua Umum HIPMI Surakarta, menegaskan akan memfasilitasi kolaborasi industri dan pemerintah dalam membangun ekosistem digital B2B yang inklusif.
“HIPMI Solo yang sekarang ini ingin memperluas akses UMKM ke teknologi digital guna mengatasi hambatan yang umumnya ditemui wirausahawan muda dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi lokal Solo,” tandasnya. ()