MIX.co.id - Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB) menggelar webinar bertajuk "Fenomena LGBT di Kalangan Generasi Muda, Tantangan dan Peran Pendidikan" yang dihadiri lebih dari 200 guru dari 30 provinsi serta para orang tua. Diskusi yang berlangsung pada hari Sabtu (15/2) tersebut menyoroti pentingnya strategi komunikasi dan edukasi dalam dunia pendidikan guna menghadapi tantangan yang muncul akibat fenomena LGBT di kalangan anak muda.
Ketua KGSB, Ardyles Faesilio, menekankan bahwa pendidikan memiliki peran strategis dalam memberikan pemahaman yang objektif dan konstruktif terkait fenomena ini. “Kami berharap forum ini menjadi wadah diskusi bagi pendidik untuk merumuskan pendekatan yang lebih efektif dan humanis dalam pendidikan,” ujarnya.
Berdasarkan survei internal KGSB terhadap 200 responden guru dari 30 provinsi, 56,5% sekolah telah melakukan sosialisasi terkait fenomena LGBT, mayoritas melalui layanan Bimbingan Konseling (BK) dan pendekatan berbasis agama. Sementara itu, 43,5% sekolah lainnya belum memiliki program sosialisasi khusus karena masih menunggu arahan dari pemerintah.
Founder KGSB, Ruth Andriani, menegaskan perlunya standarisasi kebijakan agar sekolah memiliki pedoman yang jelas dalam menangani isu ini. “Perbedaan pendekatan mencerminkan pentingnya kebijakan yang lebih terstruktur agar para guru memiliki pedoman dalam menyampaikan materi ini secara tepat dan tidak menimbulkan polemik,” jelasnya.
Ana Susanti, M.Pd., CEP., CHt., Widyaiswara di PPSDM Kemdikdasmen, mengungkapkan bahwa fenomena LGBT semakin kompleks akibat faktor sosial dan eksposur media. Menurutnya, dunia pendidikan perlu mengambil langkah strategis dengan memberikan bimbingan yang berbasis nilai moral dan agama, serta mengedepankan komunikasi yang terbuka dengan siswa.
“Pendidikan harus mampu menjadi ruang aman bagi siswa untuk berdiskusi tanpa merasa terintimidasi, namun tetap dalam koridor norma yang berlaku,” paparnya.
Sementara itu, Ulifa Rahma, S.Psi., M.Psi., Psikolog, menyoroti pentingnya peran guru dan orang tua dalam memahami serta mendukung perkembangan psikososial anak. Ia menyarankan agar sekolah menerapkan metode edukasi yang lebih interaktif, seperti diskusi kelompok, seminar, serta integrasi materi dalam mata pelajaran seperti kesehatan reproduksi dan agama.
Rekomendasi Strategis untuk Dunia Pendidikan
Sebagai hasil dari webinar, KGSB mengusulkan beberapa langkah konkret untuk memperkuat strategi komunikasi dan edukasi di sekolah:
- Standarisasi Kebijakan Sosialisasi – Pemerintah dan sekolah perlu menyusun panduan yang jelas dalam menyampaikan materi LGBT agar tidak menimbulkan kebingungan atau resistensi di kalangan guru dan siswa.
- Pelatihan Guru – Guru perlu dibekali keterampilan komunikasi yang baik dalam mendampingi siswa terkait isu LGBT, dengan mengutamakan pendekatan multidisipliner yang mencakup aspek psikologi, akademik, dan sosial.
- Harmonisasi Nilai Inklusif dan Budaya Lokal – Pendidikan perlu menyeimbangkan nilai-nilai kebangsaan, moral, dan budaya lokal agar materi yang diberikan dapat diterima secara luas.
- Materi Edukatif yang Terstruktur – Pembuatan modul edukasi yang dapat digunakan oleh guru, konselor, dan orang tua dalam mendampingi siswa dalam memahami fenomena LGBT secara lebih objektif.
Dengan adanya strategi komunikasi dan edukasi yang tepat, dunia pendidikan diharapkan mampu memberikan pemahaman yang lebih baik bagi siswa, sehingga mereka dapat menghadapi fenomena LGBT dengan perspektif yang kritis, terbuka, dan tetap berlandaskan pada nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Penulis: Bintari