Hanya 28 Persen Konsumen Indonesia yang Memahami Produk Hijau

MIX.co.id - Dalam beberapa tahun terakhir, ekonomi hijau tengah menjadi tren. Sayangnya, pengetahuan konsumen mengenai produk hijau masih minim. Expert Panel Katadata Insight Center (KIC), Mulya Amri menyebutkan, berdasarkan hasil survei Katadata Insight Center (KIC), diketahui baru 28 persen konsumen yang betul-betul memahami produk berkelanjutan.

"Kebanyakan pemahaman mereka tentang produk berkelanjutan adalah produk yang bisa dipakai berulang-ulang untuk jangka waktu yang lama. Meski itu bagian dari produk berkelanjutan, tapi belum merupakan definisi yang lengkap tentang produk berkelanjutan," ungkap Mulya dalam talkshow online bertajuk ‘The Rise of Indonesia Green Consumer’ yang digelar pada Oktober ini (22/10).

Studi yang dilakukan KIC itu berlangsung pada 30 Juli sampai 1 Agustus 2021 terhadap 3.631 orang di Indonesia. Adapun sekitar 68 persen responden tersebut berdomisili di Pulau Jawa dengan komposisi berimbang antara laki-laki dan perempuan.

“Karakteristik responden untuk survei produk hijau ini, sebanyak 47 persen merupakan generasi milenial dengan rentang usia 24 hingga 39 tahun, dan 36 persen generasi Z dengan rentang usia 17-23 tahun. Jadi, kalau kita total, lebih 80 persen adalah milenial dan gen Z," lanjutnya.

Dari segi pendidikan, responden dalam survei ini adalah 57 persen SMA dan 22 persen Sarjana. Untuk sisi kelas ekonomi, responden diklasifikasikan menjadi A, B, C, D, dan E. Kelas ekonomi paling tinggi pada kelompok A dengan persentase 19 persen. Sedangkan kelompok C, D, dan E total persentasenya 68 persen.

Diakui Mulya, dari segi kecendrungan dalam membeli produk, responden banyak melihat review untuk mengetahui informasi produk berkelanjutan, kemudian mempertimbangkan kualitas, dan terakhir terkait harga.

"Ada responden yang bersedia membayar dengan harga lebih tinggi. Jadi sudah ada pemahaman juga di kalangan responden bahwa kadang untuk mendapatkan produk berkelanjutan, dalam artian ketika mereka ingin berkontribusi untuk menjaga lingkungan, ada responden yang bersedia membayar harga lebih tinggi kalau dia bisa diyakinkan bahwa produknya lebih berkelanjutan," urainya.

Sustainable Packaging Manager Nestle Indonesia Faiza Anindita mengapresiasi hasil survei yang dilakukan KIC. Berdasarkan hasil survei tersebut, yaitu konsumen dengan kelompok ekonomi C, D, dan E sebesar 68 persen menjelaskan jika kelompok tersebut sudah memahami produk hijau atau berkelanjutan.

"Ini menarik sekali dan menyenangkan. 50 persen lebih itu mengatakan its oke membayar lebih yang penting ini mengusung keberlanjutan, belum lagi milenial ternyata porsinya juga banyak. Milenial ini banyak sekali yang orang kuliahan, tapi juga orang tua baru. Orang tua yang punya kesadaran untuk memilih produk berkelanjutan, yang berarti mereka bisa menularkan ke anak-anak mereka nantinya tentang kebiasaan baru atau habit baru yang diharapkan ke depannya generasi berikutnya lebih sadar akan lingkungan, keberlanjutan," ujar Faiza.

Hasil survei KIC ini juga memantapkan langkah Nestle dengan target net zero, di mana Nestle secara global berambisi mencapai net zero di tahun 2050. "Nestle mulai memberi produk ke masyarakat yang tidak hanya saja healthy, sehat, atau lezat, tapi produk yang mengusung keberlanjutan lingkungan. Keberlanjutan itu luas, ini perlu dipahami bersama. Jadi we are so happy, realy happy knowing bahwa berarti kami di jalan yang benar, di jalan yang sama dengan yang konsumen harapkan," terang Faiza, yang menyebutkan bahwa keberlanjutan sudah dilakukan Nestle selama bertahun-tahun.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)