Hasil Riset Logistic Trends Dirilis, Bagaimana Tren Logistik di Indonesia?

Hasil penelitian DHL yang dilakukan oleh Redshift Research tentang “Hungry for Growth: Logistics Trends in Asia’s High-Growth Food Retail Markets” terhadap lebih dari 300 pekerja profesional ritel di India, Indonesia, Thailand, dan Vietnam, menunjukkan bahwa 73% pengusaha Indonesia tidak menyadari total biaya logistik mereka. Sementara itu, 6 dari 10 pengusaha makanan di Indonesia mengharapkan pertumbuhan sebesar 6% atau lebih di tahun ini,

logistik

Dikatakan Dean Eichorn, Vice President Retail DHL Supply Chain Asia Pacific, peningkatan pesat dalam daya beli, ditambah dengan gelombang permintaan yang didorong oleh pertumbuhan populasi, jelas akan berdampak besar pada keuntungan pengusaha ritel makanan. “Namun, kesuksesan setiap pengusaha makanan pada akhirnya bergantung pada kelincahan rantai pasokan mereka saat dihadapkan dengan gejolak permintaan, fluktuasi musiman, dan faktor-faktor rumit pasar lainnya. Industri ritel makanan di Asia nampaknya siap menghadapi pertumbuhan signifikan tahun depan. Hanya dengan pemahaman besar dan pengendalian terhadap proses logistic, mereka akan bisa mengambil keuntungan dari peluang-peluang baru,” ungkap Dean.

Dari penelitian itu ditemukan juga fakta bahwa pengusaha ritel makanan semakin berhadapan dengan risiko besar yang disebabkan oleh permintaan dan pasokan dalam operasional mereka. Di 4 negara yang disurvei, pengiriman pasokan yang terlambat adalah masalah yang paling mengkhawatirkan mereka. Sedangkan 36% responden mengakui bahwa gejolak permintaan memiliki dampak besar terhadap bisnis.

Sementara itu, masih dari hasil penelitian itu, masalah seputar kinerja rantai pasokan dan biaya berbeda di setiap wilayah, hingga pasokan yang rusak dan pengiriman yang terlambat, menjadi sederet masalah yang paling menonjol di antara responden Indonesia. “Banyak dari kekhawatiran tersebut jadi semakin besar karena sebagian besar dari pengusaha ritel makanan tidak memiliki visibilitas terhadap operasional logistik mereka, apalagi sumber daya atau keahlian untuk meningkatkan dan mengoptimalkannya,” kata Eichorn.

Penelitian ini juga menemukan bahwa lebih dari 60% pengusaha makanan di Asia belum mengalihdayakan persyaratan logistik mereka. Hal itu menunjukkan bahwa pengusaha yang aktif menggunakan solusi logistik pihak ketiga akan mendapatkan kelebihan “first-mover” dalam persaingan.
Walaupun 2 dari setiap 3 pengusaha makanan Indonesia masih tidak melacak setiap aspek dari rantai pasokan mereka, namun minoritas yang signifikan melihat bahwa optimasi inventaris (41%) dan teknologi pengelolaan gudang (38%) menguntungkan operasional mereka.

“Kunci pertumbuhan dan perluasan di industri ini dan wilayah berkembang dengan tren yang sama adalah bagaimana operator secara efektif bisa memanfaatkan keahlian pihak ketiga dan managed solution dalam segala hal, mulai dari teknologi hingga pengelolaan rantai pasokan end-to-end. Untuk pengusaha yang ingin melakukan lompatan besar dalam kompetisi dan berada di atas kompleksitas pertumbuhan, inilah saatnya untuk merangkul prinsip-prinsip pengelolaan pasokan terdepan,” ia menyarankan.

Tags:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)