Hutan Wakaf Berpotensi Jadi Inisiatif Strategis Penerapan ESG

MIX.co.id – Perusahaan swasta dan BUMN harus berperan aktif dalam mendorong ambisi pemerintah memenuhi target Net Zero dalam Paris Agreement. Salah satunya adalah melalui penerapan Environmental, Social, and Governance (ESG) ESG sebagai bagian integral dari strategi bisnis.

Hal tersebut dilontarkan Jeffrey Hendrik, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia dalam acara ESG Summit 2024 bertema ‘Sehati untuk Bumi’ yang diselenggarakan di Bursa Efek Jakarta, Kamis (12/9).

Menurutnya, ESG bukanlah sekadar compliance, tetapi bagian utama dari strategi perusahaan untuk bertahan di dunia bisnis.

Perusahaan yang lebih awal mengadopsi prinsip ESG, diakuinya, cenderung menerima apresiasi yang lebih baik dari para investor.

“Saat ini, investor tidak hanya mempertimbangkan kondisi keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan, tetapi juga ESG sebagai faktor penting. Hal ini juga mendorong 97% perusahaan yang terdaftar di lantai bursa telah memberikan laporan keberlanjutannya di tahun 2023,” papar Jeffrey.

Prinsip ESG telah diakui secara global dan diadopsi di Indonesia sebagai fondasi krusial dalam memastikan keberlanjutan bisnis.

Di tengah tantangan krisis iklim yang semakin mendesak, seluruh pelaku usaha diharapkan untuk menerapkan praktik bisnis yang berkelanjutan, yang tidak hanya memberikan dampak positif terhadap lingkungan, tetapi juga bersifat inklusif dengan melibatkan partisipasi publik dan masyarakat setempat.

Salah satu program strategis yang dapat mendukung penerapan ESG dan pencapaian Nationally Determined Contributions (NDC) adalah hutan wakaf, yang didukung oleh MOSAIC (Muslims for Shared Action on Climate Impact) yang berpotensi memberikan manfaat jangka panjang bagi ekosistem dan masyarakat sekitar.

Aldy Permana, Project Lead MOSAIC, menjelaskan bahwa dalam pengembangan wakaf hutan MOSAIC sebagai organisasi civil society berkolaborasi dengan berbagai elemen pemangku kepentingan untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan kapasitas masyarakat.

“Salah satu yang pasti kami diperhatikan, adalah metode yang partisipatif sehingga ada pengukuran dampak, yang menghindarkan implementasi ESG yang tidak holistik dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” kata Aldi.

Ia menerangkan, wakaf hutan adalah inisiatif kampanye yang berupaya menggerakkan masyarakat untuk turut berkontribusi pada pengembangan hutan wakaf seperti di Desa Cibunian, Bogor, Jawa Barat. Upaya ini berfokus pada ekstensifikasi berupa perluasan lahan dan intensifikasi penanaman pohon dan program lainnya yang akan bermanfaat secara ekologi, ekonomi, dan sosial.

“Saat ini baru ada sekitar 10 hektar hutan wakaf di seluruh Indonesia, dengan 2,5 hektar di antaranya berada di Bogor, Jawa Barat,” imbuh Aldy.

Sementara Rika Novayanti, Co-Founder Purpose Climate Lab Indonesia, memberikan dukungannya untuk hutan wakaf sebagai inisiatif yang memiliki potensi kolaborasi strategis dalam penerapan ESG bersama pihak swasta di Indonesia.

Selain wakaf hutan, MOSAIC juga melaksanakan berbagai inisiatif lainnya, termasuk sedekah energi. Inisiatif ini bertujuan untuk menggalang partisipasi masyarakat dalam mendukung rumah ibadah terlibat dalam aksi iklim melalui penyediaan energi terbarukan seperti teknologi panel tata surya.

Melalui Sedekah Energi, masjid di Sembalun, yang terletak di kaki Gunung Rinjani, Lombok, serta di Bantul, Yogyakarta, kini telah mengakses sumber energi terbarukan secara mandiri. ()

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)