Industri konstruksi di Tanah Air diperkirakan akan tumbuh 7,87% selama 2015-2019. Saat ini, industri konstruksi mewakili hampir 10% Product Domestic Bruto (PDB) dan bernilai 885 miliar dolar AS pada tahun 2015.
Hal itu diungkapkan John Keung, CEO Building and Construction Authority (BCA) dalam siaran persnya, Rabu (28/10). “Permintaan untuk konstruksi sebagian besar akan didanai oleh sektor swasta,” ujarnya.
Menyinggung soal penyelenggaraan BuildTech Asia 2016 yang berlangsung 18-20 Oktober 2016 mendatang di Singapura, dia mengaku bahwa event akan mengedukasi wawasan baru kepada para perusahaan kontraktor dan arsitek tentang metodologi pembangunan dan konstruksi yang cerdas untuk menghemat biaya pembangunannya.
Dikatakan John, integrasi teknologi ke dalam bangunan telah memberikan kontribusi peningkatan produktivitas fungsi bangunan sebesar 3,8%. Penghematan biaya dari desain fasilitas, konstruksi dan pengoperasian akan menciptakan keberlanjutan dalam bangunan melalui peningkatan efisiensi. “Mengingat hal ini, BuildTech Asia 2016 berusaha memberikan wawasan baru tentang metodologi pembangunan dan konstruksi yang cerdas serta penghematan,” tandasnya.
Rencanaya BuildTech Asia 2016 dihadiri sekitar 150 perusahaan dan akan berpatisipasi dengan menampilkan beraneka ragam teknologi produktif, bahan bangunan, dan solusi arsitektur serta penyelesaian yang berkualitas, bersama dengan pameran pokok dari berbagai perusahaan mesin dan peralatan konstruksi. Selain itu, delapan paviliun negara dari Tiongkok, Indonesia, India, Selandia Baru, dan Korea Selatan akan memamerkan beragam teknologi yang membahas tantangan pembangunan dan konstruksi di industri vertikal. (*)