Ini Alasan Mengapa Pemasar Harus Memanfaatkan Programmatic Advertising

Merujuk studi Kantar yang dilakukan oleh The Trade Desk, menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia melakukan streaming konten OTT (Over-The-Top) hampir tiga miliar jam per bulan. Catatan ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang paling banyak menonton OTT di Asia Tenggara. OTT adalah layanan dengan konten berupa data, informasi, atau multimedia yang berjalan melalui jaringan internet.

Konsumen Indonesia juga termasuk yang paling toleran terhadap iklan. Terbukti, 95% pemirsa OTT di Indonesia akan menonton iklan dengan imbalan berupa konten gratis, dan 66% pemirsa OTT Indonesia mengaku mengingat merek, produk, atau layanan dari iklan terakhir yang mereka lihat.

Fakta ini tentu saja telah memicu para pengiklan atau pengelola merek untuk memanfaatkan platform OTT guna menjangkau konsumen dalam skala besar, selain media konvensional seperti TV, media cetak, dan radio yang selama ini memang menjadi pilihan.

Guna menangkap peluang itu, RCTI+, platform OTT Indonesia dari jaringan televisi free-to-air swasta terbesar milik MNC Group, dan IndiHome, Internet Fixed Broadband & Internet Protocol Television (IPTV) di Indonesia, memutuskan untuk menjalin kemitraan strategis dengan pionir teknologi periklanan global, The Trade Desk.

Dari kemitraan tersebut dihadirkan platform Programmatic Advertising The Trade Desk. Melalui platform tersebut, marketers atau pengiklan dapat mengakses inventory iklan premium di berbagai situs web, aplikasi, podcast, dan platform streaming OTT untuk dapat menargetkan ke audiens yang relevan di berbagai perangkat di medium yang tepat, pada waktu yang tepat.

“Pada tahun lalu, ketika pengiklan dihadapkan pada kekuatan data, mereka beralih menggunakan programmatic advertising seperti platform The Trade Desk dengan lebih agresif dibandingkan dengan sebelumnya,” yakin Florencia Eka, Country Manager Indonesia The Trade Desk, pada konferensi pers yang digelar hari ini (23/6) secara virtual.

Lebih jauh ia menegaskan, CTV dan OTT adalah segmen dengan pertumbuhan tercepat di platform The Trade Desk. “Kami senang dan sangat bersemangat untuk dapat bermitra dengan pemimpin pasar seperti RCTI+ dan IndiHome. Kami akan terus meningkatkan efektivitas penyedia layanan inventory periklanan untuk membantu pengiklan mengikuti perubahan perilaku konsumen,” katanya.

Saat ini, RCTI+ telah memilih The Trade Desk sebagai platform periklanan digital pertama yang menawarkan inventory OTT-nya secara programmatic. Kemitraan ini memungkinkan pengiklan untuk menjangkau lebih dari 30,5 juta pengguna aktif bulanan melalui aplikasi seluler RCTI+, yang menyajikan konten video dari jaringan media televisi terbesar, yaitu RCTI, MNCTV, GTV dan iNews, selain sinetron, pertandingan olahraga, dan film blockbuster.

“RCTI+ sangat memahami selera masyarakat Indonesia yang tak tertandingi dalam menikmati konten streaming video berkualitas tinggi di perangkat seluler mereka. Kemitraan kami dengan The Trade Desk  memungkinkan pengiklan untuk memaksimalkan peluang OTT yang sedang berkembang. Saat ini, pengiklan dapat memanfaatkan kekuatan data yang tersaji secara lengkap untuk mengukur dan membandingkan peluang iklan di seluruh saluran dan mengukur hasil bisnis dunia nyata,” papar Valencia Tanoesoedibjo, Co-Managing Director RCTI+.

Sementara itu, The Trade Desk adalah penyedia layanan periklanan digital pertama yang menawarkan akses secara programmatic ke inventory premium Connected TV IndiHome. Melalui kemitraan ini, pengiklan berkesempatan menargetkan 3,6 juta pelanggan TV IndiHome dari 8,2 juta pelanggan broadband tetap serta 14 juta pemirsa potensial di lebih dari 300 kota di seluruh Indonesia.

Menurut Integral Ad Science (IAS), pionir dalam penyedia verifikasi iklan digital, mayoritas konsumen Indonesia yang menggunakan Connected TV menunjukkan perilaku baru yaitu mereka sangat terbiasa menonton konten gratis yang diselingi dengan iklan. Perilaku ini memberi peluang nyata bagi pengiklan untuk terhubung dengan konsumen melalui media dengan angka pertumbuhan yang tinggi ini.

“Dengan Connected TV, untuk pertama kalinya kita dapat menerapkan konsep pembelajaran data (data science) ke dalam iklan di televisi. Sekarang bukan lagi hanya tentang menjangkau penonton pada waktu tertentu di acara tertentu, tetapi menjangkau penonton berdasarkan lokasi, preferensi dan minat mereka, selagi mereka menonton. “Kami sangat senang dapat bermitra dengan The Trade Desk, platform terkemuka dalam penyedia periklanan di Connected TV untuk membantu pengiklan Indonesia memahami dan mengukur interaksi dan respons terhadap iklan dengan cara yang tidak mungkin dilakukan dengan TV linier tradisional dan dapat mengembangkan potensi Connected TV secara optimal,” kata E. Kurniawan, Vice President Marketing Management Telkom.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)