MIX.co.id - Studi “Indonesia Mean Speeds” pada Desember 2021 yang dirilis Ookla, mengungkapkan bahwa rata-rata kecepatan up-load di Indonesia mencapai 19,7 Mbps dan kecepatan download mencapai 30,7 Mbps. Itu artinya, rasio upload : download adalah 1 : 2. Adapun untuk rata-rata latency-nya sebesar 17,0 ms.
Berangkat dari studi itu, Enciety Business Consult melakukan riset pendalaman terkait Quality of Service (QoS) provider fixed broadband melalui Direct Observation di delapan kota di Indonesia, yakni Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Balikpapan, dan Makassar.
Diungkapkan Don Rozano, Direktur enciety Business Consult, riset tersebut bertujuan untuk melakukan validasi dengan membandingkan realisasi performa download speed yang dirasakan pelanggan dengan kecepatan download yang dijanjikan provider (%-throughput performance).
“Direct observation dilakukan pada sembilan provider, yakni IndiHome, Biznet, CBN, First Media, Iconnet, MNC Play, MyRepublic, Oxygen, dan XL Home,” paparnya.
Hasilnya menunjukkan bahwa ada lima provider dengan rata-rata throughput performance paling baik, yakni IndiHome (102%), diikuti MyRepublic (96%), CBN (84%), Oxygen (82%), dan Firstmedia (80%). Sementara itu, Biznet menempati urutan terakhir dari dalam rata-rata throughput performance yakni 33%.
Di Jakarta, berdasarkan direct observation yang dirilis Enciety awal Februari 2022 lalu, dari segi kecepatan Download, Paket 85 Mbps Biznet, pelanggan mendapatkan rata-rata kecepatan download sebesar 30,2 Mbps dengan throughput 36%. Diikuti paket 50 Mbps MyRepublic pelanggan mendapatkan rata-rata kecepatan download 44,2 Mbps dengan throughput 88%. Sedangkan untuk IndiHome, dominan pelanggan masih berlangganan paket 20 Mbps ke bawah, pelanggan mendapatkan rata-rata kecepatan download 20,6 Mbps dengan throughput 103%.
“Download dan upload speed bukan satu-satunya ukuran. Ukuran lain yang lazim digunakan adalah latency. Perlu diketahui, latency adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan suatu data sampai ke tujuan, yang diukur dalam satuan milisecond (ms). Angka latency ideal tentunya sedekat mungkin menuju nol, lebih kecil angkanya, lebih baik,” urai Don.
Lebih jauh ia menegaskan, latency begitu familiar bagi para game-enthusiast dan para atlet e-sport, karena ukuran ini sangat mendukung skenario gaming kompetitif mereka. Tidak hanya dalam skenario gaming, latency ini juga berpengaruh dalam pengalaman pelanggan menggunakan aplikasi interaktif lainnya, contohnya video conference seperti Zoom, Cloudx, Google Meet, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil pengamatan Enciety, lanjutnya, tiga provider menempati peringkat latency terbaik (2.0 ms) yakni IndiHome, MNC Play, dan MyRepublic. Urutan berikutnya ditempati Biznet (3.0 ms), Oxygen (3.0 ms), Iconnet (4.0 ms), XL Home (4.0 ms), First Media (13.0 ms), dan CBN (15.0 ms).
“Oleh karena itu, penting bagi pelanggan untuk memiliki wawasan dalam memilih provider internet. Jangan sampai pelanggan terkecoh oleh penawaran promo harga murah, kecepatan tinggi, namun ternyata tidak sesuai yang dijanjikan. Pastikan pelanggan memilih provider yang tepat, bukan provider yang over promise, under deliver,” Don mengingatkan.