JAPFA FOUNDATION Tunjuk Duta Ayam Lokal

Tidah hanya merek yang memerlukan duta atau ambassasor guna mewakili sekaligus mengkampanyekan merek. Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) juga dapat memiliki seorang ambassador guna mensukseskan rangkaian programnya. Langkah itulah yang diambil JAPFA FOUNDATION, yayasan yang didirikan pada 2015 lalu yang berfokus pada pendidikan agrikultur, nutrisi, dan olahraga.

Pada pertengahan Maret ini, JAPFA FOUNDATION resmi memperkenalkan Ade M. Zulkarnain sebagai Duta Ayam Lokal. Ditunjuknya Ade sebagai Duta Ayam Lokal cukup beralasan, mengingat salah satu produk dari JAPFA adalah produk ayam olahan.

Dikatakan Head of JAPFA FOUNDATION Andi Prasetyo, sebagai duta, Ade memiliki tiga hal pokok dalam menjalankan tugas-tugasnya. Pertama, melindungi, mengembangkan, dan mendukung riset serta science ayam lokal indonesia, termasuk ayam kampung. Kedua, melestarikan keturunan ayam lokal atau ayam kampung. Ketiga, mendorong pertumbuhan UKM (Usaha Kecil Menengah) dan usaha terkait ayam lokal, sehingga dapat menjadi usaha yang menghasilkan.

Terpilihnya Ade sebagai Duta Ayam Lokal tentu saja tak lepas dari kiprahnya sebagai peternak ayam yang sanggup membawanya hingga ke posisi Sekretaris Jenderal Sekjen Dewan Peternak Rakyat Nasional atau Depernas. Di bawah Depernas, ada 17 anggota asosiasi dari berbagai komoditas ternak.

Diceritakan Ade, bisnis ternak ayamnya sudah dirintis pada 2003 lalu. Dua tahun berjalan, sayangnya bisnis ternak ayam kampung milik Ade harus rontok lantaran didera wabah virus flu burung. "Karena wabah tersebut, pemerintah meminta saya untuk istirahat beternak selama tiga bulan," ungkapnya.

Atas alasan kesehatan masyarakat, Ade lantas mengikuti anjuran pemerintah. Meski demikian, Ade tidak pernah berhenti melakukan kampanye ternak ayam kampung. "Saya terus melakukan sosialisasi dari satu kecamatan ke kecamatan lain," lanjutnya.

Menariknya, dari berbagai kampanye yang dilakukan, Ade justru menemukan konsep dengan menjadikan flu burung sebagai kebangkitan peternak ayam kampung. "Dari kasus wabah dan konsep saya, puluhan peneliti dan lembaga peternakan maupun kesehatan hewan, baik dari dalam maupun luar negeri, berdatangan. Ada yang melakukan penelitian dan ada pula yang mau menggali motivasi saya untuk menggerakkan ternak ayam kampung," tuturnya.

Hasilnya, dari rugi besar pasca-wabah flu burung, Ade justru berhasil menemukan konsep yang kemudian dibukukan. Buku berjudul "Restrukturisasi Peternakan dan Kebangkitan Peternakan Rakyat Ayam Kampung" akhirnya terbit atas dukungan United States Department of Agriculture (USDA) dan Komisi Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (Komnas FBPI) pimpinan Bayu Krishnamurti.

Sejak saat itu, Ade kerap menggelar pelatihan-pelatihan secara reguler, baik dalam skala kecil maupun besar. Bahkan, sejak kasus flu burung, jumlah peternak ayam kampung di berbagai provinsi justru kian melonjak. Banyak kelompok tani dan perorangan berdatangan untuk belajar dari Ade, yang pada tahun 2007 mendapatkan penghargaan dari Bupati Sukabumi sebagai "Pelopor Peternakan Ayam Kampung Pola Intensif".

Pada tahun 2008, Ade mendapat kepercayaan untuk memimpin Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia atau HIMPULI, wadah bagi para peternak ayam lokal dan itik. Pada tahun yang sama, dalam rangka mengangkat potensi ayam asli Indonesia, Kelompok Peternakan Rakyat Ayam Kampung Sulabumi gemblengan Ade menerbitkan buku Ayam Indonesia, hasil kerja sama dengan Yayasan Kehati. Ade kemudian kembali terpilih sebagai Ketua Umum HIMPULI untuk periode 2012-2017. HIMPULI merupakan asosiasi yang 95% anggotanya adalah peternak akar rumput di 27 provinsi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)