MIX.co.id - Resesi global sudah mulai membayangi Indonesia. Bahkan tak hanya pemerintah, beberapa waktu lalu, sejumlah lembaga internasional memperingatkan risiko terjadinya resesi global pada 2023 akibat kenaikan suku bunga acuan bank-bank sentral yang tinggi secara bersamaan untuk memerangi inflasi. Di dalam negeri, BPS (Biro Pusat Statistik) melansir bahwa inflasi inti Oktober 2022 tercatat sebesar 3,31% (yoy atay year-on-year), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,21% (yoy).
Fakta itu mendorong Bank BTPN menggelar Economic Outlook 2023 pada hari ini (5/12) secara virtual.“Bank BTPN Economic Outlook 2023 kami adakan sebagai bentuk komitmen kami dalam memberikan informasi terkini dan wawasan mendalam kepada nasabah Bank BTPN untuk menghadapi peluang dan tantangan yang muncul pada tahun mendatang,” jelas Direktur Utama Bank BTPN Henoch Munandar saat membuka Bank BTPN Economic Outlook 2023, pada hari ini (5/12), di Jakarta.
Pada kesempatan yang sama, Head of Treasury Bank BTPN Wiwig Santoso menyarankan agar investor mewaspadai beberapa hal di tahun depan, seperti perubahan geopolitik yang memiliki dampak luas, yang salah satunya adalah terhambatnya rantai pasok global, dampak dari perang dagang yang berkembang menjadi decoupled economic system, perubahan regulasi akibat dinamisnya kondisi ekonomi yang begitu cepat saat ini, serta perkembangan situasi politik dalam negeri.
Oleh karena itu, ia mengimbau agar para investor untuk terus mengelola eksposur aset dan liabilities secara terus-menerus dan konservatif serta memperhatikan peluang yang muncul untuk mengoptimalkan aset di tengah kondisi yang dinamis pada saat ini.
Bank BTPN selaku pelaku jasa keuangan, lanjut Wiwig, juga akan terus mendampingi nasabah dalam meraih peluang dengan menyiapkan produk-produk keuangan yang menjawab solusi keuangan bagi para nasabah. Hal itu sejalan dengan visi bank dan juga kebijakan pemerintah, seperti liquidity management untuk nasabah korporasi, investasi reksa dan obligasi pemerintah untuk nasabah ritel, dan Program Daya atau pemberdayaan untuk nasabah UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah).
“Sedangkan, dari sisi bank sebagai perusahaan, kami berharap guncangan ekonomi pada tahun depan bisa terserap melalui pencadangan yang konservatif. Tentunya, tahun depan, kami akan terus bertumbuh dengan lebih hati-hati dan dengan tetap selalu mengutamakan prudency,” pungkasnya.