Menggelar aktivitas dengan melibatkan para siswa SMA rutin digelar Universitas Budi Luhur (UBL). Salah satunya, aktivitas rutin yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (HIMAHI), FISIP UBL bertajuk "Junior Short Diplomatic Course" (JSDC). Program yang sudah memasuki perhelatan ke-18 itu kembali digelar pada Maret ini di Auditorium Universitas Budi Luhur, Jakarta.
Dijelaskan Rektor Universitas Budi Luhur Prof. dr. Ir. Didik Sulistyanto, "Kegiatan ini merupakan ajang tahunan berupa lomba simulasi sidang untuk siswa-siswi SMA/MA/SMK se-Jakarta dan Tangerang bekerja sama dengan Direktorat Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri RI sebagai juri. Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini."
Sejak tahun 2013, simulasi sidang JSDC menggunakan sistem Bali Democracy Forum yang sebelumnya menggunakan Model United Nations. Penyelenggaraan JSDC pada tahun ini mengusung tema “Religion, Democracy, and Pluralism”. Tak kurang 230 siswa dari 24 sekolah SMA/SMK sederajat yang didampingi oleh guru masing-masing mengikuti kegiatan tersebut.
“Ini merupakan kegiatan yang luar bisa penting. Kami menyiapkan secara dini calon-calon diplomat dan pakar diplomasi internasional melalui kegiatan rutin seperti ini. Di ruangan inilah calon-calon diplomat itu!” tegasnya.
Terdapat empat sesi sidang dalam JSDC. Pertama adalah Leader Statement , yakni pembacaan laporan dari pimpinan sidang, dan pernyataan pembuka dari representasi Presiden RI. Kedua adalah General Debate, yakni pembacaan pidato dari masing-masing negara delegasi. Ketiga adalah Panel Discussion, yakni sesi penyampaian topik dari beberapa panelis dan merupakan sesi tanya jawab antara panelis dan delegasi. Terakhir adalah penutup, yakni penyampaian kesimpulan oleh pimpinan sidang mengenai pernyataan yang telah disampaikan oleh masing-masing negara pada setiap sesi.
Dekan FISIP UBL Fahlesa Munabari, PhD, mengucapkan terima kasih kepada Kemlu, khususnya Diplik yang telah bekenan secara rutin membantu dan mendukung acara JSDC yang diadakan HIMAHI. Ia juga berterima kasih kepada Duta Besar Sunten Z. Manurung yang telah berkenan menjadi juri, termasuk kepada siswa dan guru SMA yang telah bersedia hadir.
“Anda (siswa SMA-red) sudah beralatih di sini dan mendapat masukan yang berharga dari Kemlu. Bagaimana untuk menyusun sebuah kertas posisi yang berguna guna mempromosikan isu-isu yang berguna bagi negara Indonesia. Siapapun yang jadi pemenang jangan jadi soal. Bagi teman-teman, yang paling penting adalah kalian sudah belajar untuk menjadi diplomat-diplomat Indonesia masa depan," tutup Fahlesa.