Setelah sukses membuka cabang ke-3 di Semarang, Jawa Tengah pada medio tahun ini, ReFIT Indonesia makin gencar menggelar edukasi dan kampanye marketing.
Kali ini melalui event seminar dan talk show bertajuk “Reimagine the Fitness Industry” di acara pameran Franchise & License Expo Indonesia (FLEI), di Jakarta Convention Center (JCC), 8-10 September 2017 mendatang.
Event diisi dengan pemaparan tentang peluang bisnis di industri kebugaran dan kesehatan. Menurut Irawan Amanko, Chief Executive Officer ReFIT Indonesia, pertumbuhan pusat kebugaran di masa depan berpotensi meningkat seiring dengan semakin meleknya masyarakat terhadap gaya hidup sehat serta tingginya daya beli konsumen.
Merujuk laporan International Health, Racquet & Sportsclub Association (IHRSA), pendapatan di industri pusat kebugaran di seluruh dunia pada tahun 2016 mencapai US$ 81 miliar. Di Asia Pasifik, menurut survei MarketResearch.com, industri kebugaran bakal meraih pendapatan US$ 21,27 miliar tahun 2018.
Sedangkan di Indonesia, nilai pasar industri kebugaran sekitar Rp 2-3 triliun. Menurut dia, bisnis pusat kebugaran di Tanah Air bakal kinclong karena penetrasi keanggotaan di pusat-pusat kebugaran masih rendah, yakni 1% dari jumlah total populasi penduduk. “Ini memberikan peluang bisnis yang menggiurkan,” ujar Irawan dalam rilis yang diterima MIX, awal pekan.
Dalam upaya melebarkan sayap bisnisnya, pihaknya memberikan penawaran kepada investor yang ingin bermitra dengan sistem kewaralabaan untuk membuka cabang ReFIT Club. Model bisnis ReFIT Club ini menawarkan imbal hasil yang menjanjikan bagi para pewaralaba (franchisee).
"Kami memproyeksikan Return on Investment (ROI) dalam satu tahun pertama sebesar 35% dari nilai investasi senilai Rp 1,9 miliar, lalu tahun kedua 65%, disusul 90% di tahun ketiga dan 115% pada tahun keempat," papar Irawan.
Estimasi ROI itu disesuaikan dengan asumsi jumlah keanggotaan ReFIT Club berkisar 300-550 anggota aktif tiap bulannya. “Investasi para franchisee itu sudah termasuk desain, alat, dan perlengkapan interior lainnya. Harga ini juga tergantung pada luas lahan yang dibangun dan royalty fee senilai Rp 400 juta, Adapun, management fee-nya sekitar 10% dari pendapatan kotor setiap bulan,” imbuhnya.
Diungkapkan, calon mitra yang ingin mengambil franchisee ReFIT Club di acara FLEI ini akan diberikan tambahan satu treadmill yang harganya berkisar Rp 100-an juta. “Kami menargetkan bisa menjaring minimal 3 franchisee selama pameran FLEI ini,” tutur Irawan.
Merujuk rencana induk pengembangan bisnis, ReFIT Indonesia di tahun 2020 hendak membuka 20 cabang ReFIT Club di kawasan Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Selain itu, manajemen pengelolaan bisnis juga harus satu pintu. Jadi, segala jenis branding dan perencanaa pemasaran harus dari kantor pusat terlebih dulu. Cabang ReFIT Club, misalnya, tidak boleh melakukan promosi sendiri-sendiri karena harus dilakukan serentak.
Selain di Semarang, saat ini ReFIT Club sudah beroperasi di Green Lake City, Jakarta Barat dan Aeropolis Club House, Soekarno Hatta Jakarta.
ReFIT Indonesia memperluas ekspansi bisnisnya di kota-kota lapis kedua (second tier) guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang menginginkan pusat kebugaran yang berkualitas internasional dengan harga keanggotaan yang kompetitif.
Kendati mengusung konsep pusat kebugaran yang terjangkau (affordable gym), manajemen ReFIT Indonesia menyediakan fasilitas bernilai tambah dan instruktur berpengalaman yang bersertifikasi internasional. (W Setiawan)