Demi mendorong terciptanya iklim investasi yang lebih baik di Indonesia, Katadata Insight Center (KIC) berkolaborasi dengan Asosiasi Pengusaha Batu Bara Indonesia (APBI) menggelar forum diskusi bertajuk “Iklim Investasi dan Daya Saing Investasi Batu Bara Indonesia", pada hari ini (20/11), di Jakarta.
Hadir pada forum diskusi tersebut Direktur Jenderal Pertambangan Batu Bara dan Mineral, Kementerian Energi, dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Gatot Ariyono, Ketua ESDM Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sammy Hamzah, Direktur Ekseskutif APBI Hendra Sinadia, dan Direktur Riset Core Indonesia Piter Abdullah.
Sammy mengatakan, dunia sedang menghadapi masa transisi menuju energi yang lebih bersih. Berbagai data menunjukkan energi baru terbarukan dalam sepuluh tahun mendatang bisa menggantikan energi fosil. “Oleh karena itu, pemerintah dan para pemangku kepentingan, khususnya para pengusaha batu bara, perlu segera menetapkan road map (blue print) yang jelas terhadap batu bara.”
Ditambahkan Hendra, salah satu yang mempengaruhi iklim investasi pertambangan batu bara adalah kebijakan yang selalu berubah-ubah, seperti domestic market obligation (DMO). “Itu yang menyebabkan daya tarik investasi Indonesia tertinggal dari negara lain seperti Vietnam,” ujarnya.
Sementara itu, menurut Piter, struktur perekonomian yang sangat bergantung pada komoditas, termasuk komoditas tambang seperti batu bara memang tidak ideal. Sebab, komoditas akan sangat bergantung pada harga di pasar dunia. Dengan demikian, perekonomian sebuah negara yang bergantung pada komoditas bisa naik dan turun dengan cepat.
“Untuk itu, pemerintah perlu melakukan transformasi struktur ekonomi yang tidak lagi bergantung pada komoditas. Namun, transformasi itu butuh waktu dan tidak bisa tiba-tiba atau dengan serta merta pemerintah meninggalkan sektor batu bara. Hal ini disebabkan kontribusi batu bara sangat tinggi sebagai penyumbang penerimaan negara, PNBP, dan PBB,” tutupnya.