MIX.co.id - Menuju endemi, industri furnitur atau mebel di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan. Menurut catatan HIMKI (Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia), tahun 2021, ekspor mebel Indonesia tumbuh 32% atau mencapai US$ 2,53 miliar. Kendati demikian, angka itu jauh di bawah Vietnam yang mampu mencapai nilai ekspor sebesar US$ 17,95 miliar.
Diungkapkan Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia Abdul Sobur, pertumbuhan yang tinggi itu tak lepas dari tiga faktor kunci, yakni investasi, sumber daya manusia (SDM), dan teknologi.
"Pemanfaatan teknologi dapat menjadi solusi dalam bersaing dengan negara lain. Penggunaan teknologi yang memadai tidak hanya dapat meningkatkan kapasitas produksi dari industri dalam negeri, tapi juga meningkatkan efisiensi biaya produksi," katanya.
Demi memenuhi pasar ekspor, lanjut Sobur, pelaku industri di Indonesia harus beralih dari pola lama ke penggunaan teknologi canggih. Apalagi, teknologi tidak selalu mahal. "Melalui penggunaan teknologi, kami berharap target ekspor furnitur mencapai US$ 5 miliar pada 2024 mendatang," patok Sobur.
Update teknologi sejatinya dapat diikuti melalui pameran atau ekspo, antara lain pameran International Furniture Manufacturing Components (IFMAC 2022) yang siap digelar di Jakarta International Expo Kemayoran pada 21 – 24 September 2022 mendatang.
IFMAC 2022 adalah pameran perdagangan terbesar di Indonesia yang melayani industri produksi furnitur. Secara bersamaan juga akan digelar pameran yang menghadirkan mesin-mesin pengolahan kayu WOODMAC 2022.
Diungkapkan Sofianto Widjaja, General Manager PT Wahana Kemalaniaga Makmur (WAKENI) selaku penyelenggara pameran IFMAC WOODMAC 2022, “Dengan ditundanya pameran IFMAC selama 2 tahun akibat pandemic Covid-19, membuat penyelenggaran IFMAC & WOODMAC tahun ini menjadi momen yang dinanti-nanti oleh para pelaku industri untuk memenuhi kebutuhan mereka,” ucapnya.
Lebih jauh ia menerangkan bahwa IFMAC dan WOODMAC 2022 akan mendukung pertumbuhan produksi furnitur di Indonesia dengan menghubungkan produsen industri furnitur lokal dengan pemasok mesin berteknologi tinggi. "Kerja sama tersebut pada akhirnya akan menaikan standar furnitur buatan Indonesia menjadi produk berkelas internasional yang memenuhi permintaan ekspor dan penjualan domestik,” yakin Sofianto.
Kerja sama WAKENI dengan Deutsche Messe, yang merupakan penyelenggara pameran permesinan kayu terbesar di dunia, LIGNA, menarik lebih banyak perusahaan Eropa dan global lainnya untuk datang menjelajahi pasar Indonesia melalui iFMAC.
Ratusan eksibitor akan hadir dari berbagai negara, antara lain Austria, Australia, Cina, Finlandia, Indonesia, Italia, Malaysia, Thailand, Turki, Amerika Serikat, Singapura, dan Jerman.
Pada pameran tersebut akan dihadirkan teknologi yang sedang happening, seperti mesin-mesin CNC terbaru, hingga solusi software CAD/CAM untuk industri pembuatan furniture manufacturing dan woodworking 4.0. Selain itu, juga akan dihadirkan mesin primari dan secondari dari pengolahan kayu, mesin potong, mesin basic, mesin penghalus, dan demo dari para eksibitor memamerkan teknologi terbaru mereka sesuai kebutuhan.
Selain memamerkan dan melakukan demo mesin, selama IFMAC & WOODMAC berlangsung juga akan digelar berbagai seminar yang diadakan bersama dengan asosiasi, pemerintah, dan akademisi. Seminar-seminar tersebut bertujuan menjawab persoalan-persoalan yang muncul di industri furnitur Indonesia serta memberikan wawasan terkini mengenai tren industri furnitur dunia kepada pelaku industri furnitur Indonesia.
"Jika pada pameran di tahun 2019 kami mampu mencapai lebih dari 12 ribu pengunjung, maka setelah dua tahun tertunda, kami menargetkan 10 ribu pengunjung pada pameran di tahun ini. Adapun target transaksi, kami harapkan mencapai Rp 500 miliar pada pameran kali ini," tutup Sofianto.