Di Indonesia, pemanfaatan serat tekstil yang eco-friendly untuk industri fashion, alias eco fashion, memang belum setinggi serat tekstil berjenis polyester. Oleh karena itu, perlu edukasi yang berkelanjutan untuk memperkenalkan serat tekstil yang eco-friendly tersebut ke pasar, baik ke end user (konsumen) hingga ke produsen pakaian.
Lenzing Group, produsen serat berbasis di Austria yang di Indonesia bernaung di bawah PT South Pacific Viscose (SPV), menyadari hal itu. Salah satu produk serat tekstil eco-friendly-nya, Tencel, mulai diperkenalkan ke publik melalui berbagai program yang sifatnya edukasi. "Nilai lebih Tencel adalah terbuat dari serat kayu bersertifikasi, memiliki sifat bahan yang biodegradable atau mudah terurai, dan halus sehingga terada sejuk di kulit," ungkap Mariam Tania, Marketing & Branding Manager South East Asia PT South Pacific Viscose.
Salah satu upaya edukasi yang dilakukan Lenzing adalah dengan menggandeng Ease, yang merupakan salah satu merek pakaian premium dari Indonesia yang menggunakan 100% sustainable raw material untuk semua koleksinya. Ease tercatat sebagai merek yang telah menggunakan Tencel untuk pakaian ready to wear-nya. "Saat ini, kami memang tengah fokus pada pasar lokal dan Asia Tenggara untuk memperkenalkan sekaligus memasarkan Tencel," lanjutnya.
Diakui Tania, meski demand-nya belum sebesar polyester, namun penggunaan sustainable raw material untuk produk fashion atau pakaian sudah mulai bertumbuh. Hal itu ditandai dengan bertumbuhnya kesadaran masyarakat akan pemanfaatan berbagai hal yang berbasis eco-friendly, termasuk pakaian.
Upaya edukasi lainnya adalah dengan berpartipasi aktif di perhelatan "Eco Fashion Week Indonesia 2018". Pada perhelatan yang digelar pada 30 November hingga 2 Desember 2018 itu, Lenzing bekerja sama dengan 15 fashion designer muda Indonesia. "Mereka akan memamerkan koleksi fashion yang menggunakan serat Tencel. Di antara desainer tersebut ada yang merupakan finalis di acara Fashion Design Contest yang digelar bersama Ease," katanya.