MIX.co.id - Belakangan, Metaverse menjadi isu yang marak diperbincangkan. Tak sedikit brand yang berminat memasuki dunia metaverse. Diakui CEO & Co-Founder WIR Group Michael Budi, metaverse dengan perangkat augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) dapat digunakan oleh masyarakat luas dan perusahaan. Tujuan penggunaan metaverse untuk meningkatkan kinerja bisnis dan meningkatkan penjualan. "Saat ini banyak yang berlomba masuk metaverse karena infrastruktur yang sebelumnya lebih mahal, kini lebih terjangkau," ucapnya.
Lebih jauh ia menerangkan, dengan platform metaverse, orang tidak hanya mengkonsumsi namun juga menghasilkan atau memproduksi. Contohnya, saat ini gen Z menghasilkan konten di Youtube. Konsep menghasilkan pada metaverse yang dapat digunakan secara umum berlaku juga untuk UMKM dan semua toko. "Semua bisa memproduksi sesuatu dan menghasilkan di dalamnya," ucapnya.
Diakui Michael, WIR Group merupakan salah satu perusahaan Indonesia yang merambah teknologi metaverse. WIR Group yang berdiri sejak 2009, sudah melayani lebih dari seribu proyek di 200 negara untuk pembuatan toko virtual dan perangkat internet of things berbasis augmented reality.
Belakangan, WIR Group bekerja sama dengan Bank BNI untuk membuat metaverse. SEVP Digital Business, PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. Rian Eriana Kaslan menjelaskan, BNI masuk ke metaverse dengan tujuan perkembangan teknologi. "Kita antisipasi metaverse sebagai perkembangan teknologi yang sesuai dengan keinginan nasabah untuk mendapat pengalaman yang lebih baik. Dan pengalaman tidak hanya saat melakukan transaksi, tapi lebih banyak pada bagaimana menggunakan metaverse," ujarnya.
Diimbuhkan Rian, BNI mempertimbangkan penggunaan metaverse untuk mendapatkan pengalaman terbaik, yaitu edukasi dan informasi nasabah atau calon nasabah dari masyarakat dalam meningkatkan literasi keuangan.
Sementara itu, Direktur Pemberdayaan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika Bonifasius Wahyu Pudjianto mengungkapkan bahwa riset per tahun 2019 menunjukkan, VR dan AR berpotensi meningkatkan GDP global hingga US$ 1,5 triliun. Selain itu, VR dan AR juga mampu memberi dampak terhadap pekerjaan. Data menunjukkan adanya peningkatan jumlah tenaga kerja di tahun 2019. Ada 824 ribu pekerjaan yang dikaitkan dengan VR dan AR. Namun dari proyeksi yang dilakukan pada 2030 akan mencapai 23,3 juta pekerjaan baru.
“Mengutip JP Morgan, metaverse ini akan menyusup ke semua lini ekonomi. Peluang ekonomi dari metaverse diperkirakan mencapai US$ 1 triliun per tahunnya. Diperkirakan pada 2026, 25 persen dari masyarakat akan menghabiskan waktunya setidaknya 1 jam per hari di metaverse. Dan, 30 persen organisasi dunia akan miliki produk dan layanan yang siap diakses di metaverse," pungkasnya.