Unilever Indonesia bersama Toleransi.id dan IDN Media menggelar diskusi interaktif bertajuk “Gue Udah Toleran Belum, Sih?” pada hari ini (7/6) secara virtual. Diskusi yang dihadiri oleh lebih dari 1.500 milenial ini melibatkan beberapa sosok muda inspiratif guna mengajak generasi muda turut berpartisipasi menciptakan hidup yang toleran dan inklusif.
Dituturkan Hernie Raharja, Chairman of Equality, Diversity and Inclusion Board (ED & I) Unilever Indonesia, “Diskusi hari ini berangkat dari tema peringatan Hari Lahir Pancasila 2021, ‘Pancasila dalam Tindakan, Bersatu untuk Indonesia Tangguh’, yang hanya dapat terwujud dalam dunia yang lebih toleran dan inklusif, di mana kita menjadikan persamaan dan perbedaan sebagai kekuatan. Untuk menuju ke sana, diperlukan tindakan nyata dalam melawan diskriminasi yang seringkali terjadi tanpa kita sadari (unconscious bias), serta untuk terus meningkatkan keikutsertaan dan sebisa mungkin menghindari adanya pihak-pihak yang termarjinalkan.”
Lebih jauh ia menjelaskan, usaha yang terus menerus dalam melawan unconscious bias ini sejalan dengan visi Unilever dalam Unilever Compass, yang mana salah satu tujuannya adalah mencipatakan dunia yang inklusif dan toleran.
“Melalui berbagai program, Unilever Indonesia telah mencapai berbagai kemajuan dalam mewujudkan komitmen kesetaraan, keberagaman dan inklusi. Kami terus berfokus ke tahapan selanjutnya, termasuk dengan aktif melibatkan peranan dan potensi dari generasi muda. Misalnya, menghadirkan pesan-pesan yang kami suarakan melalui rangkaian brand Unilever Indonesia yang sudah sangat dekat dengan keseharian mereka. Responsnya sangat positif, karena generasi muda dapat ikut berperan menjadi bagian dari perubahan, sesuai dengan passion dan cara yang dekat dengan keseharian mereka,” papar Hernie.
Ada tiga komitmen ED & I terbaru dari Unilever Indonesia yang baru saja diluncurkan. Ketiganya adalah kesetaraan gender, dengan mencapai kesetaraan gender di semua level manajerial pada tahun 2025 serta memberikan training Bystander Intervention (Intervensi Pelecehan) untuk 4.000 perempuan garis depan operasional Perusahaan di seluruh Indonesia, hingga tahun 2025.
Kedua, kesetaraan untuk penyandang disabilitas, dengan memastikan 100% fasilitas kantor Unilever Indonesia memiliki akses untuk individu dengan disabilitas pada tahun 2025 dan beasiswa universitas penuh untuk 5 orang pelajar dengan disabilitas di universitas terbaik pada tahun 2025.
Ketiga, penghapusan diskriminasi dan stigma, dengan menghadirkan iklan yang lebih inklusif dari semua brand Unilever Indonesia pada tahun 2022 serta memperbanyak inisiatif di dalam Perusahaan guna meningkatkan nilai toleransi dan menghapuskan diskriminasi.
“Rangkaian komitmen terbaru Unilever Indonesia ini sejalan dengan strategi Unilever Compass yang salah satu tujuannya adalah menciptakan dunia yang lebih toleran dan inklusif sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai masyarakat di negara tempat Unilever beroperasi, termasuk di Indonesia,”lanjutnya.
Sementara itu, merujuk studi “Indonesia Millennial Report 2020” yang dirilis IDN media, terdapat tujuh tipe milenial dengan karakteristik yang berbeda. Setiap tipe milenial mengaku terbuka dan mentolerir berbagai perbedaan, namun memiliki cara sendiri-sendiri dalam mengapresiasi perbedaan dan mendukung inklusivitas. Untuk memupuk potensi ini, mereka harus mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk memulai percakapan seputar toleransi, mempertanyakan stereotip, menciptakan rasa kebangsaan, dan mewakilkan suara-suara yang belum terdengar.
Ayu Kartika Dewi, Staf Khusus Presiden RI dan Co-Founder Toleransi.id, mengungkapkan, untuk menjadi toleran, ada beberapa modal dasar yang dibutuhkan generasi muda. Pertama, mereka harus punya pemikiran yang kritis sehingga tak mudah terpengaruh arus informasi yang belum jelas kebenarannya. Mereka juga perlu memiliki rasa empati, yang hanya bisa didapat jika mereka melakukan interaksi langsung dengan orang-orang yang berbeda dengan dirinya. “Semua hal ini harus dilakukan secara intensional dan berkelanjutan, sehingga nantinya ada gaung inspirasi yang lebih kuat untuk menggerakkan lebih banyak aksi toleransi menuju Indonesia yang lebih damai,” sarannya.