Konferensi Asian Mediation Association (AMA) ke-5 tahun ini akan diselenggarakan di LeMeridian, Jakarta pada 24-25 Oktober mendatang, bertepatan dengan hari ulang tahun ke-15 Pusat Mediasi Nasional (PMN). Konferensi mengusung tema “Can Mediation Survive in a World of Trumpian Negotiators, Thought Provoking – New Thinking”.
Direktur Eksekutif PMN Fahmi Shahab menyampaikan, konferensi akan memberi banyak kesempatan untuk bertukar pikiran tentang ide-ide baru dan perkembangan terakhir di bidang mediasi.
“Akan ada klinik mediasi pada venue konferensi yang menyediakan konsultasi walk-in bagi publik yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang mediasi atau yang memerlukan jasa mediator,” ujarnya pada acara konferensi pers yang digelar di Wisma Subud, Jakarta, Rabu (10/10).
Sesi lain dalam konferensi akan membahas tentang tantangan perbedaan budaya dalam penyelesaian sengketa, peran lawyer dalam mediasi, pemanfaatan internet untuk ODR (online dispute resolution), hingga mediasi pada sektor spesifik seperti maritim, sengketa medis, konstruksi, pertanahan, serta sengketa inter-faith dan intra-faith.
Konferensi juga menjadi ajang edukasi untuk mendongkrak awareness PMN di Tanah Air. “Mediasi adalah ilmu baru dalam penyelesaian sengketa. Sudah terbukti dalam beberapa studi di dunia internasional bahwa mediasi berhasil menyelesaikan sengketa secara cepat dan hemat, dengan tingkat kepuasan yang lebih tinggi bagi para pencari keadilan,” tutur Raymond Lee, Senior Mediator.
Menurut data, tingkat sukses yang tercatat di PMN untuk mediasi kasus di luar pengadilan mencapai lebih dari 90%, sementara untuk kasus yang sudah masuk di pengadilan mencapai 33%, dengan kasus terbanyak adalah sengketa bisnis, keluarga, waris, dan pertanahan.
PMN akan bekerja sama dengan Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) untuk menyukseskan mediasi di Indonesia dengan mengupayakan agar mediator profesional, di luar mediator hakim, bisa banyak membantu dalam proses mediasi perkara perdata di pengadian. ()
