Konsumen Pangkas Anggaran Belanja untuk Liburan Natal dan Tahun Baru 2021

Tren liburan Natal dan Tahun Baru 2021 tidak seceria tahun sebelumnya. Akibat pandemi Covid-19, sebagian besar konsumen memangkas pengeluaran untuk traveling dan rekreasi. Hal ini terungkap dalam riset SurveySensum bertajuk “2020 Holiday Shopping Trends Report.”

“Kami menemukan bahwa mayoritas konsumen berada dalam situasi keuangan yang lebih buruk pada tahun ini. Sebanyak 77 persen konsumen di Indonesia mengalami penurunan pendapatan akibat pandemi dan sekitar 67 persen konsumen mengalami penurunan pada tabungan mereka,” ungkap Rajiv Lamba, CEO SurveySensum & NeuroSensum dalam rilis yang diterima redaksi, Selasa (22/12) di Jakarta.

Temuan riset terhadap 500 responden di 5 kota besar di Indonesia (50 persen pria dan 50 persen wanita) tentang pengeluaran mereka pada musim liburan ini menyebutkan, sebanyak 52 persen konsumen berencana untuk memangkas pengeluaran di musim liburan ini. Anggaran rata-rata diperkirakan turun sekitar 14 persen.

Riset SurveySensum ini juga menunjukkan secara nyata bagaimana Covid-19 telah mengubah momen liburan mereka. Sekitar 88 persen konsumen mengaku kegiatan berlibur mereka terdampak oleh Covid-19. Tak heran bila kegiatan travelling, bersantai, pesta, dan hang out adalah aktivitas teratas masih akan merasakan dampak terberat.

Pergeseran signifikan juga terjadi dalam perilaku belanja konsumen. Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang berbeda-beda pada setiap orang, dan setiap orang berusaha untuk melalui masa ini dengan cara yang juga berbeda. Sebanyak 64 persen konsumen lebih hati-hati dalam memilih, melakukan riset kecil sebelum mereka berbelanja, sementara 57 persen lainnya mencari cara untuk lebih banyak berhemat.

Tak jauh berbeda, 52 persen konsumen berganti merek mereka dengan yang lebih murah, sedangkan 36 persen membeli produk dengan ukuran yang lebih besar. Perubahan luar biasa dalam perilaku berbelanja ini disebabkan oleh 58 persen konsumen yang lebih memperhatikan stabilitas ekonomi secara umum, 42 persen mengkhawatirkan keamanan keuangan keluarga mereka, dan 33 persen telah mengurangi anggaran belanja untuk menabung lebih banyak.

“Konsumen dari kelompok penghasilan yang lebih tinggi dan belum menikah cenderung tidak akan memotong anggaran mereka, sementara kelompok berpenghasilan rendah paling terdampak,” ujar Rajiv.

Kelompok berpengasilan yang rendah mengalami tingkat kesulitan paling tinggi. Setidaknya 55 persen dari mereka berencana untuk mengurangi belanja liburan akhir tahun ini. Penurunan pendapatan dan tabungan untuk kelompok ini jauh lebih buruk dibandingkan dengan kelompol lainnya dikarenakan sebesar 74 persen konsumen juga mengalami penurunan pendapatan rumah tangga mereka.

Yang tak kalah menarik dari hasil riset ini adalah kategori rekreasi dan kebutuhan sekunder seperti perjalanan santai, perawatan pribadi, minuman beralkohol, kado, perlengkapan rumah & dapur, dan kegiatan berbelanja akan berkurang drastis selama musim liburan ini.

Pergeserannya perilaku belanja konsumen ini dinilai berganti ke kategori digital. Terdapat peningkatan data seluler sebesar 48 persen. Layanan berlangganan meningkat sebanyak 29 persen. Donasi dan kegiatan game online meningkat 26 persen. Peningkatan pada layanan e-learning juga terjadi sebesar 23 persen serta kategori gadget elektronik mengalami peningkatan sebesar 18 persen.

“Sekitar 81 persen konsumen lebih suka berbelanja online untuk menghindari keramaian, 58 persen diantaranya mengemukakan bahwa mereka lebih memilih berbelanja secara online karena takut akan Covid-19,” kata Rajiv Lamba tandas. ()

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)