Kota tier kedua dan ketiga di Indonesia ke depan mengalami pertumbuhan ekonomi melampaui kota-kota tier pertama dan meningkatkan pangsa Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada 2030.
Hal itu disampaikan perusahaan modal ventura Alpha JWC Ventures dan Kearney, perusahaan konsultan manajemen global, dalam laporan penelitian terbaru “Unlocking The Next Wave Of Digital Growth: Beyond Metropolitan Indonesia".
Laporan ini mengenalkan sistem tiering (tingkatan) yang didasarkan pada pengeluaran per kapita, ukuran populasi, penetrasi internet, pertumbuhan PDB provinsi, dan kepadatan populasi.
Dari 514 kota, sebanyak 15 kota dikategorikan sebagai Metropolitan/tier 1 (area Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya); 76 kota sebagai Rising Urbanites/tier 2 (misalnya Semarang, Makassar, Denpasar); 101 kota Slow Adopters/tier 3 (misalnya Magelang, Prabumulih, Bangli), dan 322 kota lainnya sebagai Rigid Watchers/tier 4 (misalnya KabupatenJepara, Kabupaten Jayapura).
Ekonomi digital di kota-kota tier kedua dan ketiga Indonesia seperti Denpasar dan Magelang akan tumbuh lima kali lipat dalam lima tahun ke depan. Pertumbuhan ini lantaran didukung oleh sejumlah startup yang memiliki spesialisasi di bidang e-commerce, peminjaman dan e-payments.
Alpha JWC memprediksi semakin pentingnya kota-kota tier kedua dan ketiga karena mereka mengalahkan pertumbuhan kota-kota tier pertama dan meningkatkan pangsa PDB nasional dari 3%-5% (US$46 milyar hingga US$77 milyar) pada 2030.
Saat ini, area-area non-metropolitan mengalami pertumbuhan lebih cepat dan semakin penting secara ekonomi dibandingkan dengan Jakarta karena adanya upaya pemerintah dalam mendiversifikasi ekonomi dan infrastruktur.
Akan ada pemerataan kegiatan ekonomi antara Jakarta dengan daerah-daerah lainnya. Perolehan PDB Indonesia yang berasal dari Jakarta akan menurun sebanyak 5% hingga 6% pada 2030.
Lebih lanjut, dalam laporan yang ditulis dan diterbitkan berkolaborasi dengan Credit Suisse, Amazon Web Services, dan Xiaomi Indonesia itu menyebutkan bahwa Covid-19 telah mempercepat adopsi digital dan menghasilkan inovasi lebih cepat dari sebelumnya.
Teknologi telah didemokratisasi, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan jutaan warga Indonesia. Investor dan startup yang memiliki kepentingan dalam ekonomi digital Indonesia akan melihat minat mereka tumbuh tiga hingga empat kali lipat pada 2025.
Kota-kota tier kedua dan ketiga baru saja memulai mengadopsi kebiasaan digital yang dilakukan oleh kota-kota tier pertama pada lima tahun silam.
Penelitian kami, kata Chandra Tjan, Co-Founder dan General Partner Alpha JWC Ventures, menunjukkan bahwa adopsi sektor-sektor seperti e-commerce, e-payments dan peminjaman dilakukan secara massal, menumbuhkan CAGR sebesar 27%-46% hingga 2025, yaitu di saat sebanyak 40% hingga 50% populasi di kota-kota tier kedua dan ketiga mulai mengambil bagian dalam kegiatan tersebut, meningkat 10% dari 2020.
“Berdasarkan observasi di atas, kami memperkirakan dari sektor e-commerce dan peminjaman, akan muncul tiga unicorn. Ini didukung oleh pertumbuhan kota-kota tersebut,” imbuh Chandra seperti disampiakan dalam rilis yang diterima redaksi, Rabu (31/3) di Jakarta. ()