KRISIS HOLLYWOOD: OLAHRAGA DOMINASI INDUSTRI MEDIA

Dalam pertarungan hak siar yang memanas, NBA mengungguli Hollywood. Perusahaan media beralih fokus, mengorbankan drama dan komedi demi olahraga. Apa implikasinya?

.

.

Gempuran perubahan tak terelakkan dalam industri media, menjadikan olahraga kini bukan hanya konten yang semakin berharga. Olahraga kini menjadi raja yang tak tergoyahkan. Dinamika ini terlihat jelas dari perebutan sengit hak siar NBA yang baru-baru ini terjadi, mempertontonkan bagaimana olahraga tak hanya menarik tetapi juga mempertahankan perhatian massa dengan tarif yang semakin mahal.

Raksasa-raksasa penyiaran kini terlibat dalam pertarungan memperebutkan hak siar NBA, sebuah arena yang menggambarkan betapa vitalnya konten olahraga bagi kelangsungan mereka. Namun, ambisi ini—yang menggerakkan miliaran dolar—berpotensi mengguncang pondasi Hollywood yang telah retak.

Di saat Hollywood berusaha bangkit dari keterpurukan, kenaikan drastis dalam nilai olahraga menjadi tantangan baru yang harus dihadapi. Hak siar media olahraga kini dihargai paling mahal sepanjang masa, namun perusahaan media tetap rela menggelontorkan dana besar. Alasannya? Mereka bergantung pada olahraga untuk menyelamatkan bisnis televisi mereka yang meredup dan memperkuat layanan streaming mereka.

Menurut The Wall Street Journal, raksasa teknologi seperti Apple, Google, dan Amazon kini berkecimpung dalam membeli hak media, memperluas cakupan pasar untuk konten olahraga. NBA sendiri hampir menuntaskan kontrak hak siar yang fantastis senilai $76 miliar untuk 11 tahun ke depan, mencatatkan rekor 2,5 kali lipat dari kontrak sebelumnya.

Ketika perusahaan media berjuang mencari dana untuk mendukung konten olahraga, jawabannya mungkin tersembunyi dalam anggaran hiburan mereka sendiri—yang mencakup acara TV seperti drama dan komedi—yang ternyata empat kali lebih besar daripada anggaran olahraga.

Perubahan anggaran dari hiburan ke olahraga telah mulai terasa. Comcast, induk perusahaan NBC, diprediksi akan mengurangi biaya pemrograman untuk mendanai hak siar NBA. Akibatnya, "Late Night With Seth Meyers" di NBC terpaksa kehilangan band pendampingnya.

Netflix, yang tampaknya melirik kesepakatan NFL barunya sebagai pengganti untuk film dengan anggaran menengah, juga mulai berpikir serupa. Ditanya tentang biaya kesepakatan di konferensi MoffettNathanson pada bulan Mei, Spencer Wang, eksekutif senior Netflix, menggambarkan setiap pertandingan sebagai "seukuran salah satu film asli ukuran sedang kami." Netflix kini lebih selektif dalam merilis acara, dan kepala film mereka baru-baru ini mengumumkan rencana untuk membatasi produksi film orisinal.

Kesuksesan olahraga dalam menarik audiens besar secara langsung dan terjadwal telah menegaskan posisinya sebagai konten utama. Dengan legalisasi taruhan olahraga di sebagian besar negara bagian, minat pada olahraga langsung diperkirakan akan terus meningkat, terutama di kalangan penggemar NFL yang menunjukkan kecenderungan menonton lebih sering saat bertaruh.

Karena langsung dan tidak bisa diulang, olahraga menjadi sangat berharga bagi pengiklan yang ingin mempromosikan produk dalam jangka waktu yang kritis. Tarif iklan primetime untuk olahraga dapat lebih tinggi hingga 25% dibandingkan dengan hiburan.

Namun, olahraga tidak dapat sepenuhnya menyelamatkan perusahaan media. Mereka hanya bisa menyewa hak olahraga, membatasi kemampuan monetisasi. Ini adalah alasan utama mengapa Netflix enggan terlibat dalam penyiaran olahraga langsung. Meski olahraga menarik, penonton tetap mendambakan keragaman konten, bukan hanya olahraga.

Sumber:

Moses, L. (2024/06/20/, 2024 Jun 20). Sports content keeps getting more valuable - and that's bad news for Hollywood. Business Insider

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)