MIX.co.id - KUMBA (Kumpul Bahagia Alumni) MM FEB Universitas Indonesia menggelar serial webinar, yang disajikan secara kasual pada setiap Selasa malam. Pada episode ke-47 di awal September ini (7/9), KUMBA berkolaborasi dengan SCCR UNISULLA (Universitas Islam Sultan Agung). Di program kali ini, KUMBA menghadirkan Prof. Dr. dr. Agung Putra, M.Si. sebagai pembicara utama.
“Program serial webinar ini bertujuan memunculkan pemikiran-pemikiran baru dengan melepas sekat-sekat latar belakang disiplin ilmu yang sangat beragam. Terutama, yang dapat bermanfaat untuk masyarakat luas,” ungkap Bambang Iman Santoso, pengurus KUMBA.
Sementara itu, menurut Marius Gumono, salah satu Co-Founder KUMBA, “Program webinar kami sajikan secara kasual dan santai, namun inshaAllah dapat bermanfaat untuk banyak orang. Duduk sejajar, tidak harus ketemu di satu titik.”
Pada kesempatan webinar itu, Prof. Agung menyatakan bahwa pandemi Covid-19 telah melanda Indonesia selama 1,5 tahun lebih. Virus ini menginfeksi saluran pernapasan yang disebut 'badai sitokin', yakni kondisi di mana paru-paru pasien dipenuhi lendir yang mengakibatkan 'gagal nafas'. Dengan demikian, membutuhkan ventilator, yang ternyata sering kali malah memperburuk keadaan, karena mendorong virus menyebar ke seluruh tubuh.
Dia menambahkan, melalui temuan dan penelitiannya, ‘secretome’ merupakan harapan baru untuk pengobatannya. Secretome adalah suatu zat yang dihasilkan oleh stem cell yang isinya adalah growth factor, miRNA, exosome, dan faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang makin ke sini menjadi hal baru berguna untuk pengobatan. Sedangkan Mesenchymal Stem Cells (MSCs) atau sel punca mesenkimal telah terbukti menjadi pilihan yang menjanjikan untuk terapi berbasis sel.
“Guna mengatasinya dibutuhkan beberapa tindakan. Pertama, Biotherapy suntikan biosecretome@sccr®. Kedua, Preventif dengan biobooster@sccr®. Ketiga, Penyembuhan dengan biosever@sccr®. Keempat, Recovery dengan biorecover@sccr®,” lanjut Prof. Agung.
Selain menggandeng SCMMUI (Student Committee MMUI) dan Biofarma (Kementerian BUMN), program ini juga didukung oleh sejumlah komunitas, seperti Alumni STAN (D’88, STA’88, STA’89), Alumni SMAN 1 Jakarta (Boedoet’88), Altius ITS (Alumni Teknik Industri), dan komunitas Neuronesia (pencinta ilmu neurosains).
Pada kesempatan yang sama, Dr. Tauhid Nur Azhar, SKed, MKes, salah satu anggota kehormatan Neuronesia menyampaikan bahwa teknologi sel punca dan sekretomnya adalah salah satu genre terapi berbasis pendekatan biomedik yang menjanjikan harapan besar pada ranah kedokteran regeneratif serta pengelolaan kasus-kasus dengan mekanisme patobiologis yang mendasarinya. Dalam sekretom dari sel punca mesenkimal terdapat beberapa faktor pertumbuhan dan soluble factor lainnya yang memiliki efek terapeutik, antara lain dalam pengelolaan radang dan pengendalian badai sitokin. “Terapi dengan sekretom dari sel punca hipoksik diketahui sangat efektif dalam proses pengendalian badai sitokin dan dapat memicu proses regenerasi jaringan terdampak radang dengan sangat baik,” ucapnya.