Layanan Makin Lengkap, Klinik Utama Dr. Indrajana Perkenalkan Metode PRFR

MIX.co.id - Berawal dari klinik pribadi pada 1969 lalu, Dr. Tjahya Indrajana, Ph.D secara bertahap menambah layanannya. Tahun 1970 misalnya, ia me-rebranding klinik pribadinya menjadi Klinik Asma & Alergi Dr. Indrajana. Lima tahun kemudian, 1975, layanan makin berkembang dengan menghadirkan laboratorium klinik. Bahkan, 1990, Klinik Asma & Alergi Dr. Indrajana sudah mulai melayani permintaan MCU dan tes laboratorium dari luar klinik melalui layanan Laboratorium Klinik Biolisa.

Tahun 2018, seiring dengan bertambahnya layanan, Klinik Asma & Alergi Dr. Indrajana rebranding menjadi Klinik Utama Dr. Indrajana. Dengan perubahan itu, Klinik Utama Dr. Indrajana menawarkan layanan rawat inap.

Dijelaskan Agus Sebastian, Marketing Manager Klinik Utama Dr. Indrajana, “Saat ini, kami memiliki layanan dan fasilitas yang lebih lengkap. Untuk poli spesialis, kami punya Poli Spesialis asma dan alergi, penyakit dalam, diabetes endokrin metabolik, bedah saraf dan tulang belakang, bedah plastik, kulit dan kelamin, gizi, gigi, psikologi, dan perawatan luka.”

Sementara itu, untuk fasilitas, lanjutnya, Klinik Utama Dr. Indrajana memiliki fasilitas rawat inap, ruang operasi, farmasi, laboratorium, radiologi, spirometri, audiometri, instalasi gawat darurat, dan ambulans.

Lebih jauh Agus menjelaskan, selain memiliki kelengkapan layanan dan fasilitas, keunggulan lain yang juga dimiliki Klinik Utama Dr. Indrajana adalah harga yang bersahabat dengan kualitas hasil yang reliable. “Kami juga didukung oleh tenaga medis dan paramedis yang berpengalaman di bidangnya. Bahkan, kami juga telah bekerja sama dengan rekanan asuransi, telemedicine, dan lainnya,” urainya.

Salah satu contoh layanan yang kini tengah diperkenalkan Klinik Utama Dr. Indrajana adalah pengobatan untuk penderita yang mengalami penyakit nyeri wajah sebelah atau trigeminal neuralgia. Karakter nyeri trigeminal neuralgia ini biasanya hanya terjadi pada satu sisi wajah, sehingga dikenal dengan istilah nyeri wajah sebelah. Nyeri terjadi pada area yang dipersarafi oleh cabang saraf ini, bisa terasa pada satu cabang daerah persarafan atau lebih.

Nyeri wajah sebelah yang tak tertahankan ini, bisa muncul saat penderitanya melakukan aktivitas harian yang seharusnya tak sebabkan nyeri, misalnya makan, minum, berbicara, tertawa atau tersenyum, menggosok gigi, membasuh atau menyentuh wajah, memakai make up, menyisir rambut, mencukur, terkena angin sepoi-sepoi, atau terkena hawa dingin atau AC.

“Nah, bila penderitanya bercerita seperti ini, kemungkinan penyebabnya adalah trigeminal neuralgia karena aktivitas harian seperti itu, seharusnya tidak mengakibatkan nyeri pada wajah,” jelas dr. Mustaqim Prasetya, SpBS, FINPS dalam acara webinar yang digelar Klinik Utama Dr. Indrajana pada hari ini (13/10), dalam rangka memperingati ‘International Trigeminal Neuralgia Awareness Day’ yang jatuh setiap tanggal 7 Oktober setiap tahunnya.

Salah satu solusi untuk menyembuhkan nyeri akibat trigeminal neuralgia, lanjut dr. Mustaqim, dapat menggunakan metode PRFR (Percutaneous Radio Frequency Rhizotomy). Teknologi PRFR ini memiliki tingkat keberhasilan yang cukup baik. Bahkan, pada kebanyakan kasus pasca-tindakan, pasien tidak perlu minum obat penghilang nyeri saraf lagi. Selain itu, teknologi radiofrekuensi ablasi ini dapat menjadi pilihan bagi penderita nyeri wajah sebelah yang enggan atau takut melakukan tindakan bedah setelah menimbang risiko operasi.

Keunggulan PRFR ini bersifat selektif, sehingga dokter dapat memilih cabang saraf trigeminal yang mana yang akan ‘dimatikan’ sehingga nyeri pun hilang. “Nyeri wajah sebelah trigeminal neuralgia bisa sembuh dengan PRFR. Teknologi ini dapat dilakukan pada kasus pasien yang tidak memungkinkan dilakukan operasi, karena kondisinya tidak memungkinkan secara medis, pernah terapi bedah namun gagal, dan pada kasus serangan nyeri akut yang hebat yang perlu penanganan segera,” urai dr. Mustaqim.

Keuntungan PRFR lainnya adalah tanpa bedah, risiko relatif lebih rendah dibandingkan tindakan pembedahan, prosesnya cepat, tanpa rawat inap, hemat biaya atau biaya lebih terjangkau, dapat segera dilakukan, dan hanya memerlukan sarana yang lebih sederhana.

Suchaeti, 71 tahun, penderita trigeminal neuralgia, bercerita, “Saya sudah mengalami nyeri wajah sebelah lebih dari 3 tahun. Tersiksa sekali rasanya, sampai pernah terlintas ingin bunuh diri karena nyerinya hebat sekali. Berwudhu, makan, minum bisa membuat nyeri ini datang dan obat pun sudah tidak mempan. Selain itu, sudah mencoba berobat kemana-mana, namun tanpa hasil. Akhirnya Alhamdulillah, rasa nyeri menyiksa pada wajah selama tiga tahun ini sudah hilang. Sebab, saya memilih untuk dilakukan PRFR atau radiofrekuensi ablasi oleh dr. Tyo. Sekarang saya sudah dapat melakukan aktivitas seperti semula.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)