Lima Fakta Kebangkitan Produk dan Layanan Digital Paska Pandemi

Masa pandemi Covid-19 dinilai para pelaku usaha di Indonesia maupun negara Asia Pasifik sebagai momen kebangkitan produk dan layanan digital. Hal itu ditandai dengan konsumsi media digital yang melejit di masa pandemi.

Studi "Covid-19 Impact on APAC Business" yang dirilis SurveySensum mengungkapkan lima fakta terkait pernyataan di atas. Fakta pertama, Covid-19 telah menggeser perilaku konsumen dengan sangat cepat. sebanyak 32 persen pelaku usaha di Indonesia memprediksi semakin banyaknya konsumen bermain game online.

Fakta kedua, pergeseran perilaku konsumen lainnya yang diprediksi akan meningkat adalah maraknya video blog atau vlog. Dikatakan Rajiv Lamba, CEO SurveySensum & NeuroSensum, bagi konsumen yang terbiasa bersosialisasi, pembatasan sosial terlebih berskala besar tentu sangat mempengaruhi banyak hal. "Kompensasinya, konsumen akan semakin banyak menonton maupun membuat vlog sebagai ekspresi interaksi sosial selama pandemi Covid-19," ucapnya.

Di antara negara Asia Pasifik yang disurvei, ternyata India yang paling optimis melihat vlog sebagai ceruk produk dan layanan digital, yakni mencapai 47 persen. "Di Indonesia, ada 37 persen pelaku usaha yang berkeyakinan bahwa vlog sebagai ceruk produk dan layanan digital ke depan," ungkapnya.

Fakta itu dibuktikan dengan tidak sedikitnya pelaku usaha di Indonesia yang beriklan melalui konten-konten vlog. "Tidak menutup kemungkinan setelah pandemi akan lebih banyak content creator baru membuat vlog bersponsor, bekerja sama dengan brand,” ia meyakini.

Fakta ketiga yang dijumpai dari studi ini adalah 56 persen pelaku usaha Asia Pasifik memandang Komunitas Daring dan Web Influencers akan memainkan peran besar dalam perjalanan pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan konsumen. "Di Indonesia sendiri, ada 42 persen pelaku usaha yang meyakini hal tersebut," lanjutnya.

SurveySensum Covid-19 Impact on APAC Business terhadap 433 responden pelaku usaha di empat negara Asia Pasifik (Indonesia, India, Singapura, dan Vietnam) tentang strategi menggaet konsumen melalui dunia digital, menjumpai fakta keempat, yakni 43 persen responden pelaku usaha telah meningkatkan anggaran media digital dan 42 persen fokus pada penjualan di e-commerce.

Di antara keempat negara responden, pelaku usaha di Singapura yang paling banyak menaikkan anggaran media digital dan penjualan e-commerce, yaitu 57 persen. "Di Indonesia terdapat 48 pelaku usaha yang menaikkan anggaran media digital dan 55 persen yang memfokuskan penjualan e-commerce," terang Rajiv.

Fakta kelima, lebih dari 60 persen responden pelaku usaha akan menaikkan anggaran digital marketing mereka di atas 30 persen. Bahkan, 10 persen pelaku bisnis lainnya berani berinvestasi di atas 40 persen. Sebaliknya, sebanyak 61 persen responden pelaku usaha SurveySensum telah memotong anggaran rekrutmen dan 58 persen pelaku usaha memangkas anggaran kampanye di luar rumah (Out Of Home Campaigns).

“Menariknya, ketika negara lain fokus ke digital dan berhenti beriklan di TV, masih ada 20 persen pelaku usaha di Indonesia yang tetap akan menaikkan anggaran iklan TV terutama dari kategori Fast Moving Consumer Goods (FMCG) dan farmasi obat bebas yang tidak terlalu parah dihantam pandemi. Audiens TV di Indonesia masih lebih besar dibandingkan media sosial. Lebih dari 80 persen orang Indonesia masih menonton TV, sementara di negara lain sudah di kisaran 65 persen,” ungkap Rajiv.

Responden SurveySensum di Asia Pasifik secara umum memperkirakan situasi akan kembali normal dalam enam bulan mendatang. "Responden pelaku usaha Indonesia barangkali yang paling optimis. Mereka yakin situasi akan kembali normal dalam lima bulan," tutup Rajiv.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)