MIX.co.id - Fakultas Bisnis LSPR dan Pusat Studi ASEAN di LSPR Institute of Communication & Business, Centre for ASEAN Public Relations Studies (CAPRS), bersama ASEAN Public Relations Network (APRN) menggelar talkshow ASEAN Talks back to back ASEAN SPOT ke #16, pada Maret ini.
Program ini hadirkan guna mengedukasi mahasiswa terkait “Indonesia Menjawab Tantangan Era Digital Economy di ASEAN & Global.” Dalam kuliah umum ini dibahas bagaimana upaya Indonesia sebagai ASEAN Chair 2023 dalam menjawab tantangan era digital economy di ASEAN dan Global, sehingga Indonesia mampu menjadi kawasan yang kuat, inklusif, serta memiliki pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Dituturkan Dekan Fakultas Bisnis LSPR, Yuliana R. Prasetyawati, M.M. yang juga merupakan Head of LSPR CAPRS, momentum Indonesia sebagai Ketua ASEAN Tahun 2023 perlu dimanfaatkan secara maksimal oleh perguruan tinggi untuk mewujudkan peningkatan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN serta meningkatkan kesadaran generasi muda akan ASEAN.
“Saat ini, kita sudah memasuki era digital ekonomi dan Indonesia merupakan salah satu negara terbesar yang mempunyai potensi dalam sektor ekonomi digital di Asia Tenggara. Oleh karena itu, potensi ini harus dimaksimalkan dan pentingnya bagi mahasiswa fakultas bisnis untuk memahami potensi dan tantangan digital ekonomi di Indonesia, sehingga kalian bersama-sama dapat merealisasikan untuk mempersiapkan ekonomi terbesar di tahun 2025,” urainya.
Lebih jauh ia menjelaskan, dia berharap nantinya generasi muda dapat berkontribusi, terutama pada pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Dengan adanya kuliah umum ini, ia berharap mahasiswa dapat mempersiapkan diri untuk menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dimana generasi muda tidak hanya menjadi pasar dari dunia digital, namun juga dapat berkontribusi dan merealisasikan potensi digital ekonomi.
Ditambahkan Wakil Rektor III, Taufan Teguh Akbari, Ph.D., Indonesia memiliki target dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,3% pada tahun 2023. Indonesia berpeluang besar untuk menjadi negara maju pada tahun 2040-2045. Gen Z dan Gen Neo Alpha merupakan generasi yang akan memiliki peran penting dalam membangun dan menghadapi Indonesia 2045. “Oleh karena itu, diharapkan para generasi tersebut memiliki kecenderungan untuk dapat memahami isu global dan dapat berpikir kritis dalam memahami logika global serta bersaing secara internasional,” ucapnya.
Kepala Badan Kebijakan Fiksal, Kementrian Keuangan RI. Febrio Kacaribu, S.E., MIDEC, Ph.D. pada pemaparannya memberikan gambaran tentang bagaimana kondisi ekonomi Indonesia yang sempat mengalami guncangan akibat adanya pandemi Covid-19 dan Perang Rusia dengan Ukraina sehingga mempengaruhi disrupsi rantai pasok, krisis energi dan pangan, munculnya inflasi dan kenaikan suku bunga serta pengetatan pada likuiditas.
Ia juga menjelaskan bahwa Indonesia termasuk negara yang dalam kurun waktu 10 tahun terakhir stabil tingkat inflasinya, yaitu 3-5%. Sedangkan negara lain seberti AS, mencapai tingkat inflasi sebesar 8%. Menanggapi hal tersebut upaya untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus dilakukan.
Salah satu cara Indonesia merespon tantangan ekonomi digital, lanjutnya, adalah dengan cara mempercepat akses pemangku kepentingan pada pemanfaatan ekonomi digital yang terbagi menjadi UMKM, Nelayan dan Petani, The Next Indonesian Unicorn, dan E-commerce. “Ekonomi Digital Negara ASEAN diprediksikan akan terus tumbuh dengan dukungan penetrasi internet yang relatif tinggi,” pungkasnya.