MIX.co.id - Konsumen sulit menyebut nama brand? Jangan panik, coba pelajari kasus yang pernah dialami P&G Indonesia di bawah ini.
Seperti diceritakan Maithreyi Jagannathan,.General Manager, Consumer Health Care P&G Indonesia, beberapa tahun lalu timnya menemukan data yang membawa pada sebuah insight. Bahwa masih banyak orang Indonesia yang salah menyebutkan nama Head & Shoulders. Menurut konsumen, nama itu sangat susah disebutkan. Sehingga ketika pergi ke warung atau toko, mereka tidak menyebutkan nama band, tapi hanya menyebut warna dan kemasannya.Sebuah kasus customer centric insight yang sangat menarik untuk dipelajari.
Lalu bagaimana P&G Indonesia berhasil menundukkan tantangan besar tersebut?
“Kita punya brand ambassador Joe Taslim yang bisa mengajak orang-orang untuk bilang,’tidak apa-apa salah sebut nama produk.’ Dan terbukti, kampanye itu sukses menjalin relevansi dan koneksi dengan konsumen terhadap apa yang mereka inginkan,” kisah Maithreyi. Cerita Maithreyi bukan omong kosong. Buktinya, kampanye ini juga berhasil meraih penghargaan dan seperti yang ia katakan, berhasil memulihkan koneksi konsumen terhadap brand. Kuncinya adalah pemahaman terhadap apa yang konsumen inginkan.
Dari Data Menjadi Big Idea
Sebagai seorang marketer, Maithreyi mengaku sangat menyukai data. Data, menurutnya, sangat membantu marketer untuk mengetahui kebiasaan konsumen dan apa yang mereka inginkan.
“Data pada umumnya merupakan kombinasi antara apa yang brand inginkan dan apa yang konsumen inginkan. Ratusan data itu, akan membawa kita menuju sebuah insight. Data pula yang akan membawa kita pada big idea, kesimpulan dan rekomendasi yang tepat,” paparnya.
Dan dari insight itulah, marketer bisa membangun emosi dan koneksi dengan konsumen. Termasuk ketika pemilik brand ingin membuat sebuah kampanye. Apapun kampanye yang ingin dijalankan, menurut Maithreyi, pemilik brand harus berangkat dari titik bahwa konsumen adalah bos. Sehingga, apapun kampanye yang ingin dibesut, platform apa yang hendak dipakai hingga eksekusi apa yang dijalankan, yang paling penting dapatkan data apa yang konsumen butuhkan, dan apa yang mereka suka.
Hal kedua yang tidak kalah penting, konsistensi dalam inovasi. Baik dalam pengembangan produk, pemilihan platform, dan konten iklan apa yang dilihat konsumen.
“Dua kombinasi itu, konsumen adalah bos, dan inovasi terus menerur, adalah mantra yang kami yakini di perusahaan kami,”tegasnya.
Akan halnya jika terjadi perubahan kultur di pasar, hal yang harus dilakukan adalah ketahui terlebih dahulu apa yang sedang ramai dibicarakan di pasar. Dan setelah itu, pastikan agar para brand guardian tetap fokus dalam memproses apapun informasi yang didapat mempertahankan posisi sedekat mungkin kepada konsujmen.
Menang Channes...