Categories: News Trend

Marak Order Fiktif, Apa yang Harus Dilakukan Industri Ojek Online?

Ojek online sedikitnya telah berkontribusi terhadap tiga hal. Yakni, berkontribusi terhadap ekonomi nasional lantaran 2,5 juta perjalanan per hari di Jakarta dikontribusi oleh ojek online, menyerap tenaga kerja karena ada 1,2 juta pengemudi online yang tersebar di Indonesia dimana 60%-nya berada di Jakarta, dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi di jalan. Demikian dipaparkan Muslih Zainal Asikin dari Masyarakat Transportasi Indonesia, di acara diskusi bertajuk “Fenomena Tuyul, Ofik, dan Nasib Transportasi Online”, yang digelar ITF (Indonesia Technology Forum) dan Masyarakat Transportasi online (MTI) pada awal Juni ini (5/5).

Sementara itu, dari sisi konsumen atau penumpang, mereka juga merasa terbantu dengan hadirnya ojek online. Bahkan, transportasi online telah berevolusi menjadi jasa kebutuhan sehari-hari seperti antar barang, beli makanan, dan beberapa kebutuhan lain

Menurut Puskakom UI, sebanyak 95% konsumen merasa aman dan 98% merasa nyaman karena mengetahui identitas driver dan bisa mengecek rute. Penumpang transportasi online dikuasai 20-30 tahun sebanyak 56% dan usia 31-40 sebanyak 28%, sebagian besarnya adalah sarjana 54%.

Selanjutnya, dari sisi driver, ojek online juga banyak membantu perekonomian mereka. Studi terbaru dari INDEF mengenai transportasi online di Indonesia menyebutkan bahwa setelah bergabung menjadi driver, banyak masyarakat yang mengalami peningkatan taraf ekonomi. Rata-rata setelah gabung menjadi driver ojek online, pendapatan bulanan di kisaran Rp 2,5 – 3,5 juta ditambah bonus insentif sekitar 1 juta. Sedangkan untuk driver taksi online rata-rata di atas Rp 4 juta per bulan.

Sayangnya, semakin meningkatnya jumlah pengendara ojek online, membuat persaingan antar driver semakin ketat. Hasilnya, tak sedikit di antara mereka yang melakukan kecurangan demi mendapatkan penumpang.

Beragam modus kecurangan yang dilakukan beberapa mitra pengemudi, di antaranya adalah pembuatan order fiktif, penggunaan aplikasi Fake GPS untuk mencurangi sistem, dan menggunakan aplikasi tambahan untuk tidak mengambil pemesanan tanpa mengurangi performa penerimaan order dari mitra tersebut.

Istilah ‘tuyul’ sendiri digunakan untuk menyebut penumpang fiktif. Teknisnya, para driver yang curang menggunakan aplikasi Fake GPS. Jadi, seolah-olah di aplikasi ada penumpang yang diantar, padahal pengemudinya tidak bergerak kemana-mana.

Aneka praktik kecurangan tersebut dilakukan lantaran mitra driver mengejar insentif yang diberikan oleh penyedia jasa transportasi online. Padahal, sejatinya, insentif diberikan sebagai bentuk penghargaan kepada mitra pengemudi. Penilaiannya dilakukan berdasar produktivitas masing-masing mitra pengemudi yang berhasil melampaui standard yang telah ditentukan.

“Kecurangan yang menjadi marak tersebut tentu saja merugikan perusahaan dan membuat mitra pengemudi lain menjadi kesulitan mendapatkan order. Sedangkan dari sisi pelanggan, jika mendapatkan pengemudi yang menggunakan ‘tuyul’, mereka cenderung harus menunggu lebih lama untuk kedatangan pengemudi. Sebab jarak yang tertera di aplkasi bukan jarak yang sebenarnya. Alhasil harapan mendapat tumpangan yang cepat dan nyaman menjadi sirna,” ungkap Muslih.

Sejauh ini, upaya untuk memerangi aneka praktik yang merugikan tersebut telah dilakukan oleh penyedia jasa transportasi online. Go-Jek, aplikasi ride-hailing karya anak bangsa, sudah meluncurkan kampanye #HapusTuyul. Mereka melakukan roadshow ke beberapa kota untuk melakukan sosialisasi kepada para mitra pengemudinya untuk tidak lagi menggunakan aplikasi fake GPS untuk mengejar insentif. “Sayangnya, hingga saat ini belum jelas langkah-langkah penindakan yang dilakukan perusahaan,” lanjutnya.

Sementara kompetitor Go-Jek, Grab, memutuskan mengambil sikap lebih tegas terhadap pemesanan fiktif. Di antaranya, lewat program “Grab Lawan Opik!”, sebuah program yang mendukung dan melindungi mitra pengemudi Grab dari kecurangan, dan memastikan bahwa mereka mendapatkan penghasilan yang adil. Program ini bertujuan untuk menangkap sindikat dan mitra pengemudi yang mencoba memainkan sistem yang disediakan Grab untuk mitra pengemudinya.

Page: 1 2

Dwi Wulandari

Recent Posts

Empowering SMEs, Evermos “The Best Creating Shared Value Program” Indonesia Corporate Sustainability Initiatives 2024

MIX.co.id - “Empowering SMEs through Inclusive Embedded Financing” merupakan program keberlanjutan yang digelar Evermos untuk…

2 hours ago

BluAcademy, BCA Digital “The Best Cause Promotion Program” Indonesia Corporate Sustainability Initiatives 2024

MIX.co.id - Tahun 2023, BCA Digital secara proaktif dan konsisten menginisiasi kegiatan literasi, edukasi, dan…

5 hours ago

Rayakan Hari Ibu, Prenagen Kampanye #KauBegituSempurna

MIX.co.id – Memperingati Hari Ibu, Kalbe Nutritionals melalui salah satu produknya Prenagen Lactamom meluncurkan kampanye…

7 hours ago

Clinic Start to Change Erha “The Best Circular Economy Program” Indonesia Corporate Sustainability Initiatives 2024

MIX.co.id - Sebagai bagian dari tanggung jawab sosialnya, Erha Clinic meluncurkan program circular economy "Start…

8 hours ago

Dukung SDGs, Smartfren Jalankan Inisiatif Keberlanjutan Berbasis Corporate Value “Panca Garda”

MIX.co.id - Sepanjang 2024, Smartfren telah menggelar rangkaian program corporate social responsibility (CSR) melalui lima…

11 hours ago

BAGAIMANA MENJEMBATANI KESENJANGAN SIKAP PROIDUK HIJAU?

Isu keberlanjutan kini menjadi fokus global, mendorong perusahaan dan masyarakat untuk menemukan cara yang dapat…

12 hours ago