Lebih dari tiga dekade (35 tahun) hadir di Indonesia dengan stasus PMA (Penanaman Modal Asing), Oktober 2019, PT Batamec Shipyard resmi menjadi perusahaan milik anak bangsa. Pasca diakuisisi Maya Miranda Ambarsari, pengusaha sukses asal Indonesia, perusahaan galangan kapal terbesar di Indonesia itu, kini berstatus PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri).
Sebelumnya, pada Agustus 2019, Maya juga telah mengakuisisi kepemilikan saham PT Tawu Inti Bati (pabrik pengolahan minyak), yang awalnya juga dimiliki perusahaan asing atau PMA. Artinya, dalam tiga bulan, peraih “Best Achiever in Women Entrepreneurs” ini telah mengakuisisi dua PMA menjadi PMDN.
Dikatakan Maya Miranda Ambarsari, Pemilik dan Presiden Direktur PT Batamec Shipyard, “Setelah lebih dari 35 tahun menjadi PMA, akhirnya PT Batamec Shipyard resmi menjadi perusahaan milik anak bangsa. Perusahaan lokal dengan skala internasional.”
Saat ini, Batamec memiliki sejumlah fasilitas lengkap untuk pembuatan dan perbaikan kapal. Berdiri di atas lahan sekitar 70 hektar, Batamec memiliki fasilitas seperti graving dock yang sudah dilengkapi 2 grantry crane berkapasitas 160 ton dan tinggi 32 meter.
Batamec juga sudah mampu memproduksi berbagai jenis kapal, mulai dari Kapal Tanker, Kapal Kargo, Kapal Bantu Cair Minyak, Kapal Tandu, dan lainnya untuk permintaan dalam negeri maupun luar negeri seperti Norwegia.
Perusahaan yang berlokasi di Batam ini juga sudah bersertifikasi ISO 9001:2008 tentang sistem manajemen berkualitas, serta sistem keamanan dan kesehatan dari BS OHSAS 18001:2007, dan sistem manajemen lingkungan ISO 14001:2004.
"Saya optimistis dengan prospek usaha di bidang perkapalan. Apalagi, Indonesia sebagai negara maritim, tentu saja membutuhkan kapal-kapal terbaik yang diproduksi oleh anak bangsa," ungkap Maya tentang alasannya mengakuisisi Batamec.
Alasan lainnya, Batamec berpotensi menjadi market leader untuk perusahaan galangan kapal di Indonesia. Dengan pengalaman yang sudah lebih dari 30 tahun, diyakini Maya, Batamec sudah memiliki sistem kerja, produksi, dan men power yang sangat profesional, sehingga mampu memproduksi kapal-kapal terbaik.
Keberanian perempuan kelahiran 9 Juli 1973 ini untuk masuk ke dalam bisnis yang sempat berhenti sekitar 1,5 tahun itu, karena dia melihat bahwa perusahaan yang memiliki lebih dari 500 karyawan ini akan membawa kemaslahatan.
“Dengan saya men-takeover perusahaan ini dan menjadikannya sebagai perusahaan nasional, diharapkan bisa membawa kedigdayaan Indonesia pada bidang perkapalan di mata dunia. Selain tentunya, dapat menyerap tenaga kerja dan membuka lapangan pekerjaan yang akan membangun perekonomian,” harapnya.