Mayoritas Masyarakat Setuju Penerapan Kebijakan Vaksinasi untuk Kunjungan ke Mall dan Traveling

MIX.co.id - Studi “Economy Bounce Back After the 2nd Curve” atau “Kebangkitan Ekonomi Setelah Gelombang Kedua” terhadap 1.031 responden di Indonesia, yang dirilis Populix menunjukkan bahwa mayoritas responden (70%) percaya bahwa vaksinasi dapat mencegah penularan virus. Oleh karena itu, mereka pun menyetujui (30% sangat setuju dan 36% menyatakan setuju) diterapkan penegakan vaksinasi bagi pengunjung mall.

Fakta lainnya, rata-rata responden atau lebih dari 50% memiliki kepercayaan diri untuk mengunjungi mall setelah diterapkannya kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Responden dengan usia 46 hingga 55 tahun adalah yang memiliki tingkat kepercayaan diri paling tinggi (64%) dengan penerapan kebijakan pemerintah tersebut.

“Saat ini, masyarakat kini tampak lebih siap untuk kembali beraktivitas seperti biasa, antara lain mengunjungi sentra-sentra perekonomian seperti mall, cafe, restauran, ataupun tempat-tempat hiburan dan melakukan perjalanan. Penegakan aturan vaksinasi di tempat-tempat tersebut pun direspon positif oleh masyarakat dan dinilai dapat meningkatkan kepatuhan publik terhadap program vaksinasi dan membantu masyarakat merasa lebih aman untuk melakukan aktivitas di luar rumah,” terang Timothy Astandu, Chief Executive Officer (CEO) Populix.

Survey yang digelar secara online ini juga mengungkapkan bahwa lebih dari 60% responden mengaku sudah berencana untuk menikmati makan di restoran bersama anggota keluarga setelah kebijakan PPKM dilepas, dengan 90% responden memilih restauran Indonesia sebagai tujuan utama.

Tingginya minat masyarakat untuk menikmati makan di restoran juga ditunjukan dengan anggaran yang telah mereka siapkan. Sebesar 33% responden mengaku akan menyiapkan dana sebesar Rp 250.000 hingga Rp 500.000 untuk setiap kali makan di restoran.

Sementara itu, terkait penerapan kebijakan vaksinasi untuk keperluan perjalanan ke luar kota atau luar negeri, mayoritas responden menyetujui (38% sangat setuju dan 35% setuju) diterapkannya ketentuan tersebut untuk keperluan perjalanan. Hal ini didukung dengan jawaban dari sebagian besar responden, yaitu sebanyak 76% dari total responden percaya bahwa efektivitas penegakan vaksin dapat meningkatkan kepatuhan vaksinasi.

Mayoritas responden (70%) merasa lebih percaya diri untuk melakukan perjalanan ketika penerapan PPKM berakhir. Namun, kurang dari 60% responden mengaku telah atau akan merencanakan perjalanan bersama keluarga dalam 6 bulan terakhir. Berlibur (52%) merupakan alasan utama mereka dalam memutuskan perjalanan ke luar kota, sedangkan sebagian responden ingin mengadakan perjalanan ke luar kota dengan alasan untuk bertemu keluarga (33%).

Untuk pilihan penggunaaan moda transportasi, mayoritas responden memilih menggunakan kendaraan pribadi (69%) dan 31% menggunakan moda Kereta Api. Namun, untuk responden kelas atas, mereka juga memilih untuk menggunakan transportasi penerbangan yang mereka beli melalui online travel agent (OTA). Dan, Traveloka menjadi aplikasi dengan jumlah pengguna terbanyak (57%).

Terkait pembelajaran jarak jauh, studi ini juga mengungkapkan bahwa 58% mengaku pembelajaran dengan cara baru ini menjadikan anak-anak dapat beradaptasi dengan berbagai aplikasi pembelajaran online, dan anak-anak menjadi tahu bahwa informasi tidak hanya berasal dari buku (57%). Sementara, dampak negatif yang utama dari pembelajaran online adalah anak-anak kesulitan dalam berkonsentrasi (86%) dan kurangnya keterampilan sosial (73%).

Kendati terdapat kekhawatiran mengenai dampak jangka panjang pembelajaran daring seperti kesulitan adaptasi, kesehatan mental, dan kualitas pendidikan yang menurun, namun mayoritas responden merasa percaya diri (20% sangat percaya diri dan 31% yakin) bahwa peserta didik kembali belajar di sekolah.

Guna mendukung proses belajar jarak jauh, maka sebagian besar responden berpendapat akan perlunya peningkatkan fasilitas teknologi di setiap sekolah dan penyediaan internet gratis di seluruh Indonesia.

Diungkapkan Jonathan Benhi, Chief Technology Officer (CTO) Populix, “Terlepas dari berbagai dampak negatif pandemi Covid-19, Populix melihat pandemi ini sebagai salah satu faktor yang akhirnya mendorong anak-anak untuk beradaptasi terhadap teknologi. Dan dari hasil riset, ternyata institusi pendidikan berbasis daring, seperti ‘Ruang Guru’ kini menjadi pilihan para orang tua dalam mendukung proses pembelajaran di masa pandemi. Namun, agar proses belajar mengajar dapat tetap menarik sehingga peserta didik tidak kehilangan konsentrasi, maka tenaga pendidik dituntut untuk lebih inisiatif dan kreatif.”

Hasil studi Populix ini juga menemukan fakta bahwa ada tiga tindakan yang paling banyak dilakukan oleh responden terkait dengan menjaga lingkungan yang berkelanjutan. Pertama adalah memilih produk yang dapat diisi/digunakan ulang (53%). Kedua, memilih produk yang dapat didaur ulang (53%). Ketiga, memilih produk yang terbuat dari bahan-bahan alami (47%).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)