MIX.co.id - Marketing Enthusiast Community (MEC) dan BINUS Business School menggelar diskusi bertajuk “Making 2023 A Promising Year”, pada hari ini (11/2), di kampus BINUS, Jakarta. Pada kesempatan itu, para pemasar membahas peluang bisnis serta tren consumer behaviour di tengah resesi global.
Sebagai komunitas atau organisasi nonprofit pertama yang dibuat oleh Glenn Karela Purwanto, CPM (Asia) pada tahun 2021, MEC telah menaungi banyak praktisi pemasaran dari berbagai bidang, mulai dari Brand Marketing, Marketing Researcher, Public Relation, e-Commerce, Social Media, Marketing Communication, Product Specialist, hingga anggota C-Level seperti CMO atau Marketing Director. Hingga kini, MEC telah memiliki ratusan anggota aktif dan secara rutin menggelar diskusi bertema pemasaran dan digital di berbagai kota mulai dari Jakarta hingga Surabaya.
Dituturkan Glenn, “Sejak awal, MEC hadir untuk membantu meningkatkan kompetensi dan kepercayaan diri para pelaku bisnis di Indonesia. Hal ini bersinergi dengan fokus BINUS Business School yang memiliki komitmen untuk fostering dan empowering Indonesia.”
Pada diskusi kali ini, 12 representatives MEC sebagai pembicara. Mereka adalah ahli di bidang pemasaran dengan berbagai latar belakang, sehingga perspektif materi yang diberikan pun semakin variatif. Antara lain, Dr. Ina Agustini Murwani, M.M., MBA, selaku Deputy Head of Program BINUS Business School-Master Program, Ricky Afrianto dari Mayora; Ignatius Untung dari Sayurbox, Ade FS dari GoTo Group, Ria Sutrisno dari Putera Sampoerna Foundation, Winanda dari Kraft Heinz, dan sebagainya.
Mengingat adanya peringatan bahwa resesi akan terjadi pada tahun 2023, banyak pakar menyebutkan bahwa tren consumer behaviour pada tahun ini akan berubah drastis. Hal tersebut diungkapkan oleh Dr. Ina Agustini Murwani, M.M., MBA, “Karena adanya isu resesi, konsumen akan lebih khawatir dengan stabilitas ekonomi mereka dibandingkan dengan tahun lalu.”
Fenomena akuisisi dan retensi serta tren dan inovasi teknologi F&B untuk industri FMCG juga dibahas pada sesi diskusi kali ini. Ignatius Untung, SVP Marketing dari Sayurbox menegaskan, “Perubahan kondisi ekonomi mendorong berbagai perubahan perilaku konsumen sejak tahun lalu. Di tahun ini, saya meyakini perubahannya akan terus berlanjut. Perubahan ini akan membuat marketer yang bermodalkan trial and error akan kehabisan waktu dan resource. Maka dari itu, marketer dan pelaku bisnis tidak bisa menghindar dari hal fundamental yang memang seharusnya dimiliki, yaitu kemampuan untuk mengerti consumer behavior serta pemahaman tentang teori dan pakem marketing.”
Pada kesempatan yang sama, Ricky Afrianto, Global Marketing Director Mayora mengungkapkan pendapatnya, “Banyak yang memprediksikan resesi akan terjadi di tahun 2023. Dalam kondisi seperti ini, bagi saya kombinasi yang pas adalah menggunakan perpaduan kanal digital secara selektif tanpa meninggalkan kanal pemasaran konvensional yang memang sudah terbukti masih efektif. Tantangannya adalah bagaimana menggunakan kanal digital secara terukur yang memberikan hasil optimal. Untuk itu, harus selektif, dipadukan dengan terus menggunakan kanal pemasaran konvensional yang proven.”
Lebih jauh ia menjelaskan, Mayora juga memanfaatkan tayangan di platform OTT (over the top), seperti Drama Korea (drakor) untuk menyasar pasar global. Menurutnya, demam drakor tak hanya terjadi di Indonesia. Namun, drakor juga mewabah di Asia, Eropa, bahkan Amerika. Oleh karena itu, Kopiko sebagai salah satu merek dari Mayora yang telah hadir di lebih dari 100 negara di dunia, memilih kanal komunikasi melalui brand cameo di beberapa drama Korea.
“Hasilnya, tercatat efektif. Selain brand awareness meningkat, penjualan Kopiko juga mengalami peningkatan. Branding melalui drakor ini, untuk pasar di luar Indonesia, cukup efektif untuk akuisisi market. Sedangkan untuk audience di Indonesia, branding di drakor ini efektif untuk retensi pelanggan,” pungkas Ricky.
