Memicu Pertumbuhan Ekonomi Digital Melalui Fintech

MIX.co.id - Studi CEIC menyebutkan bahwa Indonesia menjadi negara kedua terbesar di kawasan Asia Tenggara dengan perputaran uang kartal dan giral dengan nilai US$ 1,5 triliun pada 2020. Di posisi puncak ada Singapura yang memiliki perputaran uang sebesar US$ 2,3 triliun pada periode yang sama. Perputaran uang itu dilakukan dengan berbagai bentuk transaksi, antara lain bank tradisional, uang tunai, pemerintah, perusahaan financial technology (fintech), e-money, serta digital bank.

Dijelaskan Bhima Yudhistira, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), maraknya fintech saat ini akan mengakibatkan masifnya transaksi non tunai. Ketika transaksi non-tunai semakin umum bagi kalangan masyarakat, maka akan muncul bisnis-bisnis baru di industri ini.

“Jadi, semakin cashless akan terjadi efisiensi dan terus muncul bisnis-bisnis digital. Ini akan menciptkaan tenaga kerja yang lebih besar lagi dan tentunya mendorong ekonomi Indonesia,” ungkap Bhima pada diskusi virtual bertajuk ‘Peran Fintech Dorong Ekonomi Digital Indonesia’ yang digelar Forum Wartawan Teknologi (FORWAT), pertengahan November ini (10/11)

OY! Indonesia sebagai salah satu pemain fintech yang hadir sejak 2017, mencoba menawarkan diferensiasi berupa perpaduan antara sistem online dengan offline. “Indonesia itu unik sebagai salah satu negara dengan perputaran uang yang sangat besar. Perputaran uangnya itu lewat beragam media. Ada yang digital dan ada pula yang cash. Kami melayani transaksi keduanya. Boleh dibilang, kami adalah aggregator dari sumber keuangan,” klain Chief Executive Officer (CEO) OY! Indonesia Jesayas Ferdinandus.

Ada sejumlah alasan mengapa OY! Indonesia membantu menghadirkan layanan untuk transaksi tunai. Berdasarkan data yang dimiliki, sebanyak 85 persen transaksi di Indonesia masih menggunakan cash. Meski banyak UMKM yang mencoba menjual barang secara online, faktanya masih banyak di antara mereka yang melakukan transaksi menggunakan cash. “UMKM itu walaupun mencoba jualan online, transaksi mereka masih banyak yang cash. Kami ingin support mereka. Oleh sebab itu, kami tidak hanya memberikan layanan untuk sistem online saja,” ucapnya.

Sejumlah perusahaan teknologi pun telah memanfaatkan teknologi pengelolaan money movement di OY! Indonesia, salah satunya KoinWorks. KoinWorks merupakan platform peer to peer (P2P) lending yang banyak menjaring segmen pelaku usaha. Jonathan Bryan, Chief Marketing Officer KoinWorks menyebut keberadaan OY! Indonesia sangat membantu dalam pengelolaan keuangan.

“Mungkin bisa dibayangkan, kita punya 1 juta customer. Kita harus transfer yang nominalnya tidak hanya Rp 10 juta, tapi bisa lebih dari itu. Atau untuk pengembalian kepada costumer. Bayangin kalau transaksi itu harus dilakukan tim finance kita. Itu imposible. Dengan teknologi yang dipunya OY! Indonesia kita tak perlu approval dari atasan,” jelasnya.

Menurut Bhima, saat ini, diperlukan kolaborasi antara perusahaan fintech. Jika tidak, akan sulit untuk bertahan di industri yang masif ini. “Bila dilihat dari produk dan layanan yang ditawarkan OY! Indonesia, mereka mampu membantu mengelola transaksi yang terjadi dalam sebuah bisnis mulai dari hulu sampai dengan hilir. Mulai dari payroll, pengiriman uang, pembayaran invoice, uang masuk, cash management (digital money movement). Bahkan OY! Indonesia memiliki cash in transit di 10 kota di Republik ini serta penyediaan mesin ATM (offline money movement),” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)