Mengapa Para Pemimpin Bisnis Belum Siap Masuki Masa Depan Digital?

Penelitian yang dilakukan oleh Institute for the Future dan Vanson Bourne untuk EMC, terhadap 3.600 pemimpin bisnis dari 18 negara, menghasilkan sejumlah temuan menarik seputar Teknologi Informasi. Antara lain, hampir setiap pemimpin bisnis, yakni 96% responden yang disurvei percaya bahwa teknologi baru telah mengubah aturan bisnis.

IMG_20150705_2661

Sementara itu, 93% responden mengakui bahwa kemajuan teknologi saat ini mengubah harapan atau ekspektasi pelanggan. Bahkan, hampir semua pemimpin bisnis mengatakan teknologi baru akan semakin cepat dalam dekade selanjutnya. Empat harapan pelanggan teratas adalah akses lebih cepat ke layanan (55%), akses 24 jam/7 hari dan konektivitas dimana pun (53%), akses ke lebih banyak perangkat atau platform (50%), dan pengalaman yang lebih personal (47%).

Dengan adanya harapan baru seperti itu serta didorong oleh Information Generation, maka pebisnis setuju bahwa perubahan dalam bisnis adalah penting. Dan, para pemimpin bisnis tersebut telah mengidentifikasi lima hal yang dapat membuat bisnis berhasil atau sebaliknya menggagalkan bisnis. Kelimanya adalah mencari kemungkinan peluang-peluang baru di pasar; menunjukkan transparansi dan kepercayaan; berinovasi dengan gesit; memberikan pengalaman personal dan unik; serta beroperasi secara real time.

Ketika pemimpin bisnis setuju bahwa kelima atribut bisnis tersebut merupakan prioritas utama, mereka mengakui bahwa hanya sedikit yang melakukan hal tersebut. Hanya 12% mengatakan mereka dapat memprediksi peluang peluang baru, 9% berinovasi dengan gesit, 14% menunjukkan transparansi dan kepercayaan, 11% memberikan pengalaman pribadi, dan 12% beroperasi secara real time.

Bicara soal data, menurut Gartner dan IDC, pada tahun 2020 diprediksi bahwa lebih dari 7 miliar penduduk dengan sedikitnya 30 miliar perangkat akan menghasilkan data sebesar 44 Zetabyte (atau 44 triliun Gigabytes). Sementara pebisnis mengetahui mereka akan mendapatkan nilai dari data tersebut. Sayangnya, sebanyak 49% mengaku tidak mengetahui bagaimana cara mengubah seluruh data mereka menjadi informasi yang dapat ditindaklanjuti.

Masih menurut penelitian tersebut, walaupun 70% mengatakan mereka mendapat pengetahuan dari data, hanya 30% selalu aktif dan mampu mengoperasikan datanya secara real time dan tidak dapat meraihnya dengan baik dan terorganisir. Sementara itu, sebanyak 52% mengakui mereka tidak menggunakan datanya secara efektif atau tenggelam dalam membanjirnya informasi. Hanya 24% menganggap mereka “sangat bagus” dalam mengolah data menjadi pengetahuan dan informasi yang bermanfaat.

Tags:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)