Penetrasi produk AC atau penyejuk ruangan di Indonesia sudah mencapai 75 sampai 80%. Sayangnya, dari penetrasi tersebut, konsumsi AC berteknologi inverter--yang membuat ruangan lebih cepat dingin dan hemat—masih tercatat rendah. Pasar AC inverter di Indonesia baru mencapai 7,8% atau 97 ribu unit dalam setahun.
Meski demikian, kesadaran konsumen untuk menggunakan AC inverter sudah meningkat. Hal itu ditandai dengan nilai kontribusi dari AC inverter yang mencapai 2,8% di tahun 2016, yang kemudian naik menjadi 7,3% di tahun 2017 lalu. Artinya, di tahun 2016 jumlah AC inverter yang tersebar mencapai kisaran 45.000 unit, maka pada sepanjang tahun 2017 angka sebarannya mencapai 97,000 unit. Tahun 2018, kontribusinya diprediksi mencapai 15%.
Dari para pemain AC, LG tercatat sebagai merek yang paling serius mengkampanyekan AC inverter. Sejak tahun 2017, LG sudah mulai melakukan transisi dari AC konvensional ke AC inverter. “Tahun ini, seluruh AC LG sudah inverter. Artinya, kami tidak lagi memproduksi AC konvensional,” ungkap Arief Sasono Adji, Head of Product Marketing-Residential Air Conditioning PT LG Electronics Indonesia.
Tak heran, jika saat ini LG masih memimpin di pasar AC inverter, dengan pangsa pasar sebesar 58,5%. Selanjutnya diikuti oleh Daikin sebesar 16,7%, dan Panasonic yang sebesar 12%. “Tahun 2018 ini, kami targetkan pertumbuhan AC LG mencapai 20% atau memperoleh pangsa pasar sebesar 67%,” patok Arief.
Diakui Arief, untuk mencapai target tersebut, LG siap merilis empat line-up produk AC inverter-nya. Keempatnya adalah series Deluxe yang mengusung dual inverter, Gold Fin, dan Smart ThinQ (WiFi); series Smart yang mengusung dual inverter, Gold Fin, daan, lower wattage; series Smart yang mengusung dual inverter, Gold Fin, dan Samrt ThinQ (WiFi); serta series Eco yang mengusung dual inverter dan Gold Fin.
“Keempat produk itu dapat mengakomodir semua segmen konsumen. Dengan demikian, LG dapat memberikan berbagai pilihan AC inverter dengan harga yang terjangkau,” tuturnya.