Saat ini, tercatat 61 persen warga di kota Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya, memiliki ponsel pintar. Rata-rata pemakaian ponsel pintar selama 5,5 jam per hari dan puncaknya terjadi pada malam hari. Hal itu belum termasuk saat mereka melihat televisi yang menghabiskan 4 jam per hari, dan mendengarkan radio sekitar 60 menit.
Tentu saja fakta itu menjadi tantangan tersendiri bagi sejumlah perusahaan, khususnya perusahaan yang bergerak di kategori fast moving consumer good (FMCG), ICT (Information and Communication Technology), dan elektronik untuk memantau perilaku konsumen. “Kondisi sekarang berbeda dengan 10-15 tahun lalu, terutama untuk mengetahui perilaku konsumen,” ujar Guntur Sanjoyo, Managing Director GfK Indonesia.
Menurutnya, media di masa lalu dengan mudah didefinisikan melalui perangkat yang mereka tampilkan. Program televisi hanya muncul di media TV, sedangkan berita dan artikel di majalah hanya muncul dalam bentuk media cetak. "Namun, sekarang seiring dengan perkembangan internet dan 'conected device' kini program TV dan majalah juga bisa dilihat melalui laptop, tablet, dan mobile phones," ungkap Guntur.
Untuk itu, dengan pertumbuhan konektivitas internet yang tinggi--terutama di kelas menengah--telah menciptakan kebutuhan yang besar akan data berkualitas tinggi guna memahami perilaku konsumen lokal yang kompleks dalam penggunaan media. "Oleh karena itu, dibutuhkan sejumlah metode dan perangkat pengukuran yang andal, efisien, dan akurat secara lintas media untuk mengetahui perilaku konsumen saat ini," lanjutnya.
Berangkat dari kebutuhan para pemasar di era digital itu, GfK memperkenalkan Crossmedia Link, yang mampu mengukur perilaku konsumsi konsumen secara efektif melalui penggunaan media berteknologi tinggi. "Dalam era digital seperti sekarang, menjadi hal yang wajib bagi para pemilik website untuk memahami perjalanan konsumen di dunia digital. Tujuannya agar bisa menolong mereka dalam mengungguli para kompetitor,” ujarnya.
Indonesia pun terpilih sebagai pasar pertama di Asia Pasifik untuk mengembangkan Crossmedia Link. Sebab, Indonesia termasuk negara yang memiliki pertumbuhan pasar tercepat di seluruh dunia dari segi penetrasi dunia online, Internet, pendapatan iklan, dan e-commerce. Selain Indonesia, Crossmedia Link saat ini juga tersedia di Turki, Rusia, Brazil, Jerman, Belanda, Polandia, Afrika Selatan, Inggris, dan Italia.
Dijelaskan Guntur, GfK Crossmedia Link (GXL) menggunakan teknologi LeoTrace dengan single-source panel atau data satu sumber lintas media terpercaya yang secara efektif memonitor perilaku konsumen lewat berbagai layar, termasuk desktop, smartphones, dan tablets. Caranya, dengan membenamkan sebuah software milik Gfk ke dalam berbagai perangkat setiap panel (smartphones, tablet, desktop dan laptop).
“Saat ini telah dilakukan uji coba dimana ada sebuah panel berisi 6.000 orang melintasi lima kota-kota utama di Indonesia tengah dibangun dan secara otomatis memonitor penggunaan dan perilaku mereka lewat perangkat-perangkat ini. Selain itu, penggunaan TV dan media cetak juga diukur secara periodik,” ujar William S Kusuma, GXL Indonesia Commercial Lead, Consumer Choices, GfK Indonesia.
Dengan kemampuan GXL yang bisa diandalkan ini akan mendukung pengukuran dan perencanaan strategi media untuk perusahaan-perusahaan global ataupun lokal. Para pengelola merek dan pengiklan bisa memasang target, memonitor, dan mengevaluasi kampanye iklan mereka dengan lebih baik lagi, menggunakan cara profiling yang lebih jitu dan tepat sasaran, serta mampu mengevaluasi keefektifan kampanye lewat berbagai media yang berbeda.
Di Indonesia, Crossmedia Link dilakukan berdasarkan pada monitor digital secara pasif dikombinasikan dengan diary inputs untuk TV, radio dan media cetak. “Set data kami yang unik memungkinkan para klien untuk memahami kompleksitas perilaku media saat ini dan menciptakan hubungan di antara segmentasi data yang dimiliki mereka hari ini,” tutup William.