Di tengah pesatnya pertumbuhan pasar modern, pasar tradisional tetap menjadi pilihan utama bagi sebagian besar masyarakat untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Salah satu keunikan yang membuat pasar tradisional terus bertahan di era digital ini adalah fenomena "sliding price" atau harga fleksibel.
Di balik keramaian dan hiruk pikuk pasar, terdapat sistem harga yang mengagumkan dan unik, yang bisa membuat kita merasa seperti memiliki kekuatan tawar-menawar yang tak terbatas.
Sliding price, yang dikenal juga sebagai harga fleksibel, merupakan fenomena di mana harga barang yang dijual bisa berubah-ubah, tergantung pada beberapa faktor seperti waktu, jumlah pembeli, dan kemampuan tawar-menawar.
Konsep ini dikemukakan pertama kali oleh Geertz (1992) untuk menjelaskan bahwa persaingan di pasar tradisional bukan antara penjual dengan penjual sebagaimana dalam perekonomian modern, melainkan antara pembeli dan penjual. Dalam sistem harga luncur (sliding price), persaingan yang terjadi adalah interaksi antara pedagang yang ingin mendapat keuntungan yang besar dan pembeli yang ingin mendapatkan harga murah.
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi sliding price adalah waktu. Di awal hari, penjual cenderung menetapkan harga lebih tinggi untuk memulai transaksi. Seiring berjalannya waktu, harga barang bisa turun secara signifikan, terutama menjelang sore hari ketika penjual berupaya untuk menjual sisa stok mereka. Jadi, jika Anda ingin mendapatkan harga terbaik, datanglah di saat-saat tersebut.
Kemampuan tawar-menawar juga menjadi faktor utama dalam fenomena sliding price. Tidak seperti di pasar modern, di pasar tradisional Anda bisa bernegosiasi dengan penjual untuk mendapatkan harga yang lebih murah. Kemampuan untuk menawar ini sangat bergantung pada pengetahuan Anda tentang harga pasar dan keterampilan berkomunikasi dengan penjual. Semakin baik Anda dalam bernegosiasi, semakin besar kemungkinan Anda untuk mendapatkan harga terbaik.
Sliding price juga dipengaruhi oleh jumlah pembeli. Pada saat-saat ramai, penjual mungkin akan menaikkan harga untuk memanfaatkan situasi tersebut. Namun, pada saat sepi, penjual akan lebih bersedia untuk memberikan harga yang lebih rendah agar dapat menjual barang mereka. Oleh karena itu, mengunjungi pasar pada saat-saat yang kurang ramai bisa menjadi strategi yang baik untuk mendapatkan harga terbaik.
Secara keseluruhan, fenomena sliding price di pasar tradisional menunjukkan fleksibilitas dan dinamika yang jarang ditemukan di pasar modern. Mengetahui bagaimana cara kerja sliding price akan membantu Anda untuk lebih cerdas dalam berbelanja dan memanfaatkan peluang yang ada di pasar tradisional.
Sistem sliding price ini memperkecil kemungkinkan salah satu pihak mendapat keuntungan yang luar biasa sehingga terjadi eksploitasi keuntungan yang terlalu besar. Ini karena perdagangan dalam pasar tradisonal tidak memugkinkan terjadinya monopoli.
Absennya persaingan di antara sesama penjual ini juga nampak sebelum barang sampai ke pasar. Sebelum barang sampai ke pasar, bisa saja barang itu sudah berputar dari satu pedagang atau bakul ke pedagang yang lain.
Maksudnya, sebelum barang dijual di pasar tradisional, terkadang barang tersebut sudah melalui beberapa tahap distribusi dan pergantian tangan di antara para pedagang atau bakul (pengecer atau perantara). Dalam konteks pasar tradisional, bakul adalah individu atau bisnis kecil yang membeli barang dari produsen atau distributor dan menjualnya kembali ke pengecer atau konsumen.
Barang yang dijual di pasar tradisional bisa saja berasal dari produsen lokal, distributor, atau pedagang lain yang telah membeli dan menjualnya kembali dengan harga yang sedikit lebih tinggi. Proses ini sering disebut sebagai "perputaran barang" atau "pergantian tangan" di mana barang tersebut dijual dari satu pedagang ke pedagang lain sebelum akhirnya sampai ke pasar dan dijual kepada konsumen akhir.
Dalam beberapa kasus, perputaran barang ini dapat menyebabkan...