Indonesia Data and Economic Conference (IDE Katadata) kembali digelar pada akhir Januari ini (30/1), di Jakarta. Kegiatan tahunan yang mendiskusikan berbagai isu ekonomi dan bisnis berbasis data tersebut, kali ini mengusung tema "Penelitian: Sumber Pertumbuhan Ekonomi”.
Tema tersebut sejalan dengan strategi jangka menengah dan panjang pemerintah Indonesia untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai ekonomi maju pada tahun 2045, dimana Presiden Widodo menekankan pentingnya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mendukung penelitian dan inovasi sebagai faktor kunci untuk pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Diungkapkan Wakil Duta Besar Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia, Allaster Cox, Australia senang melihat komitmen Pemerintah Indonesia untuk riset dan pengembangan terlihat dari adanya Undang-Undang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas Iptek), pembentukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Dana Abadi Penelitian. “Reformasi ini penting untuk transisi Indonesia ke ekonomi berbasis pengetahuan dengan pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh transfer dan produk iptek,” katanya pada kesempatan konferensi.
Selain Wakil Duta Besar Cox, para pakar seperti Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan LIPI Tri Nuke Pudjiastuti dan Co-founder & President BukaLapak Fajrin Rasyid turut hadir untuk memberikan pandangan terkait iklim riset yang terjadi saat ini dan implikasinya terhadap sektor masing-masing.
Investasi di bidang riset dan pengembangan, baik oleh pemerintah maupun swasta, sejatinya merupakan pendorong penting bagi pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, dukungan untuk penelitian dan inovasi dalam kebijakan pembangunan nasional esensial untuk meningkatkan produktivitas dan menciptakan nilai tambah.
Sebagai pembanding, dana penelitian di tiga kekuatan ekonomi teratas dunia, yakni Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jepang adalah lebih dari 2% dari total PDB (Produk Domestik Bruto). Sementara itu, di Indonesia, dana penelitian baru sekitar 0,25% dari PDB.