Mengusung "Warna Wastra" di Program Modest Fashion Project 2020

Kompetisi desain fesyen muslim "Modest Fashion Project 2020" (MOFP) kembali digelar Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (Dirjen IKMA). Program yang memasuki perhelatan ketiga kalinya ini memiliki objektif untuk mengembangkan potensi desainer fesyen muda Indonesia sekaligus melahirkan startup di industri fasyen.

Dikatakan Dirjen IKMA Gati WIbawaningsih pada Road to Modest Fashion Project 2020 yang digelar sore ini (21/9), MOFP memberikan wadah dan panggung bagi para desainer fesyen untuk mengembangkan potensi dan mempromosikan karya fesyen mereka di industri fesyen.

“Tahun ini, MOFP 2020 merupakan penyelenggaraan yang ketiga kalinya sejak tahun 2018. Kompetisi ini bertujuan untuk menjaring para wirausaha muda di bidang fesyen muslim yang memiliki basis sebagai desainer, untuk kemudian dibina selama dua tahun,” terang Gati, yang menyebutkan bahwa perhelatan MOFP tahun ini akan digelar secara virtual.

Lebih jauh ia menjelaskan, melalui kompetisi MOFP, para desainer fesyen akan dibina selama dua tahun, antara lain lewat coaching, capacity building, dan fasilitasi kegiatan pendukung lainnya. Dengan demikian, mereka dapat menjadi pelaku usaha di bidang fesyen muslim yang berdaya saing.

“Modest Fashion Project ini juga diharapkan dapat dijadikan batu loncatan bagi para desainer fesyen untuk dapat menjadi seorang wirausaha baru di bidang fesyen muslim yang berkualitas dan berdaya saing. Pendaftaran MOFP 2020 ditutup sampai 30 September 2020 melalui link bit.ly/pendaftaranmofp2020," ujarnya.

Kali ini, MOFP 2020 mengusung tema "Warna Wastra". Tema ini melambangkan keanekaragaman budaya Nusantara dan warna-warni keindahan Indonesia, adat, sertabsuku bangsanya yang tertuang dalam sebuah kain.

"Wastra merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta yang memiliki arti selembar kain (sandangan). Saat ini penggunaan istilah Wastra mulai diperkenalkan kembali kepada masyarakat Indonesia dan dunia untuk mewakili nama kain tradisional Indonesia,” ia menjelaskan.

Saat ini, perkembangan jumlah umat muslim dunia menjadi salah satu pemicu utama yang mendorong pertumbuhan industri fesyen muslim. The State Global Islamic Ecomony Report 2019/2020 melaporkan konsumsi fesyen muslim dunia mencapai US$ 283 miliar.

"Angka ini terus meningkat dengan proyeksi laju pertumbuhan 6%. Dengan demikian, pada 2024 mendatang, konsumsi fesyen muslim dunia diproyeksikan akan mencapai US$ 402 miliar. Sementara konsumsi fesyen muslim Indonesia sendiri mencapai US$ 21 miliar. Ini menunjukkan bahwa peluang pasar fesyen muslim global maupun domestik sangat besar dan harus diisi oleh industri fesyen muslim Indonesia," Gati meyakini.

Masih menurut studi The State of Global Islamic Economy Report 2019/2020, ternyata Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara yang mengembangkan fesyen muslim terbaik di dunia, setelah Uni Emirat Arab dan Turki. “Hal ini menunjukkan peluang Indonesia untuk dapat berada pada urutan pertama dan menjadi salah satu pusat fesyen muslim dunia,” ucap Gati.

Sementara itu, berdasarkan data Pusdatin Kemenperin, kinerja ekspor industri pakaian jadi sepanjang tahun 2019 mencapai US$ 8,3 miliar dan pada periode bulan Januari hingga Juli 2020, ekspor industri pakaian jadi telah mencapai angka US$ 4,07 miliar. "Bahkan, industri pakaian jadi juga memiliki peran besar pada kontribusinya terhadap PDB nasional di tahun 2019, yakni sebesar 5,4%," tambahnya.

Untuk itu, ia mengajak para desainer, pemerintah, pelaku industri, market place, akademisi, serta seluruh stakeholder terkait untuk dapat bersama-sama memaksimalkan potensi dan terus mempromosikan dan memperkenalkan industri fesyen muslim Indonesia.

“Selain itu, saya juga mengajak seluruh masyarakat untuk mendukung keberlangsungan usaha industri kecil dan menengah dengan membeli produk mereka. Selain akan berdampak langsung kepada IKM, hal ini juga akan memberikan dampak yang besar kepada sektor pendukungnya seperti penjahit, penyedia bahan baku, logistik dan sektor terkait lainnya. Dengan demikian, pada akhirnya akan menjaga perekonomian Indonesia untuk tetap bertahan meskipun tengah menghadapi krisis akibat pandemi Covid-19,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)