Menyikapi Tren IoT di Indonesia

Merujuk data Gartner, nilai bisnis Internet of Thing (IoT) sejak tahun 2014 hingga 2020 mendatang terus bertumbuh signifikan. Nilai bisnisnya diperkirakan mencapai $ 300 miliar. Sedangkan data IDC menyebutkan bahwa nilai bisnis IoT menyentuh angka Rp 1,7 triliun. Dari nilai tersebut, bisnis IoT terbesar disumbang dari device dan aplikasi.

Berangkat dari fakta tersebut, diungkapkan Menteri Komunikasi dari Informatika (Menkominfo) Rudiantara, para pelaku pemain perlu duduk bersama merumuskan arah atau masterplan IoT di Indonesia. “Sebab, pasar IoT di Indonesia diproyeksikan tertinggi di Asia tenggara, yakni sekitar $ 4.000 di tahun 2020,” katanya melalui video conference di acara seminar yang digelar ITF (Indonesia Technology Forum) pada hari ini (16/10), di Jakarta.

Pada seminar tersebut, ITF juga menghadirkan pembicara pakar lainnya, seperti dari pihak operator selular, Indosat Ooredoo yang diwakili oleh Budiharto selaku Group Head Business Product Indosat Ooredoo. Diakuinya, sejumlah riset menunjukkan bahwa IoT akan menjadi salah satu layanan yang akan tumbuh secara eksponensial seiring dengan makin maraknya machine to machine communication dan artificial intelligence atau kecerdasan buatan serta aplikasi. “Untuk itu, peran perusahaan telekomunikasi sangat penting sebagai enabler utama dalam ekosistem IoT,” tegasnya.

Agung Harsoyo, Komisioner BRTI sekaligus staf pengajar STEI ITB Bandung, menambahkan bahwa pihaknya terus memantau perkembangan IoT saat ini dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, termasuk dampaknya bagi masyarakat luas. “Kami melakukan antisipasi ke depan sebagai jawaban atas berkembangnya ekosistem IoT di masa depan,” ucapnya.

Lantas, apa kata pelaku bisnis terkait IoT? Desmond Previn, dari perusahaan IoT Smart Home Indonesia yang sukses memasarkan produknya ke pasar Eropa dan Tiongkok menerangkan bahwa IoT punya prospek cerah bagi Indonesia. “Kreativitas dan keunggulan sumber daya manusia Indonesia di bidang pemrograman menyakinkan saya untuk menggeluti bisnis ini,” ujarnya.

Seksinya pasar IoT membuat perusahaan sebesar GE (General Electric) pun ikut melirik IoT sebagai salah satu layanan yang ditawarkannya. “Ekosistem IoT harus dibangun secara sinergi di antara pemangku kepentingan termasuk kalangan industri,” jelas Muliandy Nasution, Market Development GE Indonesia.

Sementara itu, menurut Gunawan Wibisono, pengajar Fakultas Teknik Jurusan Elektro Universitas Indonesia, ada elemen yang harus diperhatikan dalam IoT. Kelimanya adalah hardware device, communication technology, protocol for IoT, software (API), dan cloud platform. “Yang paling penting, yang harus dilakukan adalah melakukan edukasi kepada owner untuk mau memanfaatkan IoT, bukan end user-nya,” katanya mengingatkan.

Dengan kondisi tersebut, Indonesia Technology Forum (ITF) mendorong adanya regulasi dan penataan ekosistem IoT yang sehat dan mampu membawa manfaat tidak hanya bagi masyarakat, tetapi juga bagi pemangku kepentingan di sektor telekomunikasi dan informatika serta memajukan keunggulan ekonomi Indonesia.

Diakui Ismail, Dirjen SDPPI Kominfo, pihaknya tengah mempersiapkan roadmap untuk penerapan ekosistem IoT ini. “Kami sedang menggali informasi dan menerima masukan terkait frekuensi mana yang akan digunakan, perangkat dan sebagainya. Mudah-mudahan 2018 roadmap-nya sudah selesai,” ia berharap.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)