Kompetisi di industri pendidikan, terutama kampus, tampak makin menggeliat. Selain bermunculannya kampus-kampus baru di Tanah Air, para incumbent juga tampak makin giat memperkuat brand mereka. Mulai dari kerja sama akademis dengan universitas ternama di luar negeri, hingga melakukan upaya branding ke calon-calon mahasiswa—dalam hal ini anak-anak SMA.
FISIP Universitas Budi Luhur gelar kampanye tahunan "Junior Short Diplomatic Course" (JSDC) untuk yang ke-16 kalinya.
Upaya branding itu pula yang telah lama dilakukan oleh FISIP Universitas Budi Luhur (UBL). Untuk yang ke-16 kalinya sejak tahun 2013, Program Studi Hubungan Internasional (HI) FISIP Universitas Budi Luhur menyelenggarakan kampanye tahunan "Junior Short Diplomatic Course" (JSDC).
Bekerja sama dengan Direktorat Diplomasi dan Informasi Kementerian Luar Negeri RI, kegiatan itu digelar pada 26 Maret 2015 di Auditorium Universitas Budi Luhur. Sebanyak 220 peserta dari 20 SMA se-Jabodetabek turut berpartisipasi pada program tersebut. “Kegiatan ini telah menjadi wadah kompetisi bagi siswa SMA yang tertarik belajar menjadi diplomat,” kata Ketua Program Studi HI FISIP Universitas Budi Luhur Yusran, SiP, MSi.
Masing-masing SMA diwajibkan mengirimkan dua perwakilan siswanya untuk berperan menjadi Presiden dan Menteri Luar Negeri. Tiga juri dari Direktorat Diplomasi dan Informasi Kementerian Luar Negeri RI menilai kapabilitas penggunaan bahasa Inggris mereka. Selain itu, mereka juga akan dinilai gesture, attitude, hingga position paper yang dibuat. Juara JSDC 2015 dibagi menjadi ke dalam kategori Best Speaker, Best Position, dan Juara Bergilir.
Sementara itu, J. Subagia Made, perwakilan dari Direktorat Diplomasi dan Informasi Kementerian Luar Negeri RI, menyatakan bahwa kegiatan forum yang membahas demokrasi seperti itu merupakan wadah bagi negara peserta untuk berbagi pengalaman demokrasi di negaranya masing-masing.
“Dengan kegiatan itu, Indonesia dapat menunjukkan kemampuannya dalam mengelola sistem demokrasi yang baik. Sementara JSDC, dengan simulasi sidang seperti itu akan membantu Kemenlu untuk menyebarkan nilai-nilai positif dari sistem demokrasi, juga menimbulkan rasa cinta terhadap Tanah Air Indonesia,” tegas Made.